Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
1. Peristiwa konflik dan pergolakan
yang berkaitan dengan ideologi.
Termasuk dalam kategori ini
adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII, dan peristiwa G30S/PKI.
Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan pemberontakan
DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama.
Perlu kalian ketahui bahwa menurut Herbert Feith,
seorang akademisi Australia, aliran politik besar yang terdapat di Indonesia
pada masa setelah kemerdekaan (terutama dapat dilihat sejak Pemilu 1955)
terbagi dalam lima kelompok: nasionalisme radikal (diwakili antara lain oleh
PNI), Islam (NU dan Masyumi), komunis (PKI), sosialisme demokrat (Partai
Sosialis Indonesia/ PSI), dan tradisionalis Jawa (Partai Indonesia Raya/PIR,
kelompok teosofis/ kebatinan, dan birokrat pemerintah/pamong praja). Pada masa
itu kelompok-kelompok tersebut nyatanya memang saling bersaing dengan mengusung
ideologi masing-masing.
2. Peristiwa konflik dan pergolakan
yang berkait dengan kepentingan (vested
interest).
Termasuk dalam kategori ini
adalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Aziz. Vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat
pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk mengontrol suatu
sistem sosial atau kegiatan untuk keuntungan sendiri. Mereka juga enggan untuk
melepas posisi atau kedudukan yang diperolehnya sehingga sering menghalangi
suatu proses perubahan. Baik APRA, RMS, dan Andi Aziz, semuanya berhubungan
dengan keberadaan pasukan KNIL atau Tentara Kerajaan (di) Hindia Belanda,
yang tidak mau menerima kedatangan tentara Indonesia di wilayah-wilayah yang
sebelumnya mereka kuasai. Dalam situasi seperti ini, konflik pun terjadi.
3. Peristiwa konflik dan pergolakan
yang berkait dengan sistem pemerintahan.
Termasuk dalam kategori ini
adalah persoalan negara federal dan BFO (Bijeenkomst
Federal Overleg), serta pemberontakan PRRI dan Permesta.
Masalah yang berhubungan dengan
negara federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian Linggajati, Indonesia
disepakati akan berbentuk negara serikat/federal dengan nama Republik Indonesia
Serikat (RIS). RI menjadi bagian RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya
adalah negara Pasundan, negara Madura, Negara Indonesia Timur. BFO sendiri
adalah badan musyawarah negara-negara federal di luar RI yang dibentuk oleh
Belanda. Awalnya, BFO berada di bawah kendali Belanda. Namun makin lama badan
ini makin bertindak netral, tidak lagi semata-mata memihak Belanda. Pro-kontra
tentang negara-negara federal inilah yang kerap juga menimbulkan pertentangan.
Sedangkan pemberontakan PRRI dan
Permesta merupakan perlawanan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan beberapa
daerah di wilayah Indonesia terhadap kebijakan pemerintahan pusat, yang dinilai
tidak adil dan semakin condong ke kiri (komunis).
Sekarang mari kita bahas satu
persatu konflik atau pergolakan yang terjadi di Indonesia pada 1948-1965, yang berhubungan
dengan ketiga hal tersebut.
1. Konflik dan Pergolakan yang
Berkait dengan Ideologi.
a) Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia)
Madiun
Selain Partai Nasional Indonesia
(PNI), PKI merupakan partai politik pertama yang didirikan sesudah proklamasi.
Meski demikian, PKI bukanlah partai baru, karena telah ada sejak zaman
pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda akibat
memberontak pada tahun 1926.
Sejak
merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang
kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Hal ini terkait dengan Doktrin
Dimitrov, yang menyatakan bahwa gerakan komunis harus bekerja sama dengan
kapitalis dalam rangka menghadapi kekuatan fasis. Namun ketika golongan kiri
terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan
partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang
didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948. Pada awal September 1948
pimpinan PKI dipegang Muso. Ia membawa berita bahwa Doktrin Dimitrov telah
diganti dengan Doktrin Zhdanov dimana komunis harus bekerja sama dengan
golongan nasionalis-progresif untuk menghadapi golongan kapitalis borjuis. Muso
lalu membawa PKI ke dalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun
pada tanggal 18 September 1948 (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012).
Mengapa PKI memberontak? Alasan
utamanya tentu bersifat ideologis, di mana mereka memiliki cita-cita ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI
untuk meraih kekuasaan. Di bawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai
dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong
dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani. Sebagian
kekuatan-kekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh mereka. Muso
juga kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan
membahayakan strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi
Amerika Serikat (AS). Pernyataan Muso lebih menunjukkan keberpihakannya pada
Uni Soviet yang komunis.
Pemerintah Indonesia telah
melakukan upaya-upaya diplomasi dengan Muso, bahkan sampai mengikutsertakan
tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu Tan Malaka, untuk meredam gerak ofensif PKI
Muso. Namun kondisi politik sudah terlampau panas, sehingga pada pertengahan
September 1948, pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang memihak
PKI dengan TNI mulai meletus. PKI kemudian memusatkan kekuatannya di Madiun.
Pada tanggal 18 September 1948, Muso memproklamirkan Republik Soviet Indonesia.
Presiden
Soekarno segera bereaksi, dan berpidato di RRI Yogjakarta:
“…Saudara-saudara!
Camkan benar apa artinja itu: Negara Republik Indonesia jang kita tjintai,
hendak direbut oleh PKI Muso. Kemarin pagi PKI Muso, mengadakan coup,
mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun dan mendirikan di sana suatu
pemerintahan Sovyet, di bawah pimpinan Muso. Perampasan ini mereka pandang
sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintahan Republik Indonesia. Saudara-saudara, camkanlah
benar-benar apa artinja jang telah terdjadi itu. Negara Republik Indonesia
hendak direbut oleh PKI Muso!
Rakjat jang kutjinta ! Atas nama perdjuangan untuk Indonesia Merdeka, aku berseru kepadamu: “Pada saat jang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan jang sebesar-besarnja dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu adalah pilihan antara dua: ikut Muso dengan PKI-nja jang akan membawa bangkrutnja cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, jang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia jang merdeka, tidak didjadjah oleh negeri apa pun djuga.
Buruh jang djudjur, tani jang djudjur, pemuda jang djudjur, rakyat jang djudjur, djanganlah memberikan bantuan kepada kaum pengatjau itu. Djangan tertarik siulan mereka! …Dengarlah, betapa djahatnja rentjana mereka itu! (Daud Sinyal, 1996).
Rakjat jang kutjinta ! Atas nama perdjuangan untuk Indonesia Merdeka, aku berseru kepadamu: “Pada saat jang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan jang sebesar-besarnja dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu adalah pilihan antara dua: ikut Muso dengan PKI-nja jang akan membawa bangkrutnja cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, jang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia jang merdeka, tidak didjadjah oleh negeri apa pun djuga.
Buruh jang djudjur, tani jang djudjur, pemuda jang djudjur, rakyat jang djudjur, djanganlah memberikan bantuan kepada kaum pengatjau itu. Djangan tertarik siulan mereka! …Dengarlah, betapa djahatnja rentjana mereka itu! (Daud Sinyal, 1996).
Di awal pemberontakan, pembunuhan
terhadap pejabat pemerintah dan para pemimpin partai yang antikomunis terjadi.
Kaum santri juga menjadi korban. Tetapi pasukan pemerintah yang dipelopori
Divisi Siliwangi kemudian berhasil mendesak mundur pemberontak. Puncaknya
adalah ketika Muso tewas tertembak. Amir Syarifuddin juga tertangkap. Ia
akhirnya dijatuhi hukuman mati. Tokoh-tokoh muda PKI seperti Aidit dan Lukman
berhasil melarikan diri. Merekalah yang kelak di tahun 1965, berhasil
menjadikan PKI kembali menjadi partai besar di Indonesia sebelum terjadinya
peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ribuan orang tewas dan ditangkap
pemerintah akibat pemberontakan Madiun ini. PKI gagal mengambil alih kekuasaan.
Dari kisah di atas, apa hal
terpenting dari peristiwa pemberontakan PKI di Madiun ini bagi sejarah
Indonesia kemudian?
Pertama, upaya membentuk tentara
Indonesia yang lebih profesional menguat sejak pemberontakan tersebut. Berbagai
laskar dan kekuatan bersenjata “liar” berhasil didemobilisasi (dibubarkan).
Dari sisi perjuangan diplomasi, simpati AS sebagai penengah dalam konflik dan
perundingan antara Indonesia dengan Belanda perlahan berubah menjadi dukungan
terhadap Indonesia, meskipun hal ini tidak juga bisa dilepaskan dari strategi
global AS dalam menghadapi ancaman komunisme.
Tetapi hal terpenting lain juga
perlu dicatat. Bahwa konflik yang terjadi berdampak pula pada banyaknya korban
yang timbul. Ketidakbersatuan bangsa Indonesia yang tampak dalam peristiwa ini
juga dimanfaatkan oleh Belanda yang mengira Indonesia lemah, untuk kemudian
melancarkan agresi militernya yang kedua pada Desember 1948.
Cikal bakal pemberontakan DI/TII
yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula dari sebuah gerakan di Jawa
Barat yang dipimpin oleh Sekarmaji.Marijan Kartosuwiryo. Ia dulu adalah salah seorang tokoh
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perjanjian Renville membuka peluang bagi
Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara
Islam.
Salah satu keputusan Renville
adalah pasukan RI dari daerah-daerah yang berada di dalam garis van Mook harus pindah
ke daerah yang dikuasai RI. Divisi Siliwangi dipindahkan ke Jawa Tengah karena
Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda. Akan tetapi laskar
bersenjata Hizbullah dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh
Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia
(TII). Vakum (kosong)-nya kekuasaan RI di Jawa Barat segera dimanfaatkan
Kartosuwiryo. Meski awalnya ia memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka
menunjang perjuangan RI, namun akhirnya perjuangan tersebut beralih menjadi
perjuangan untuk merealisasikan cita-citanya. Ia lalu menyatakan pembentukan
Darul Islam (negara Islam/DI) dengan dukungan TII, di Jawa Barat pada Agustus
1948.
Persoalan timbul ketika pasukan
Siliwangi kembali balik ke Jawa Barat. Kartosuwiryo tidak mau mengakui tentara
RI tersebut kecuali mereka mau bergabung dengan DI/TII. Ini sama saja
Kartosuwiryo dengan DI/TII nya tidak mau mengakui pemerintah RI di Jawa Barat.
Maka pemerintah pun bersikap tegas. Meski upaya menanggulangi DI/TII Jawa Barat
pada awalnya terlihat belum dilakukan secara terarah, namun sejak 1959,
pemerintah mulai melakukan operasi militer.
Operasi
terpadu “Pagar Betis” digelar, di mana tentara pemerintah menyertakan juga
masyarakat untuk mengepung tempat-tempat pasukan DI/ TII berada. Tujuan taktik
ini adalah untuk mempersempit ruang gerak dan memotong arus perbekalan pasukan
lawan. Selain itu diadakan pula operasi tempur dengan sasaran langsung
basis-basis pasukan DI/TII. Melalui operasi ini pula Kartosuwiryo berhasil
ditangkap pada tahun 1962. Ia lalu dijatuhi hukuman mati, yang menandai pula
berakhirnya pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.
Di Jawa Tengah, awal kasusnya
juga mirip, di mana akibat persetujuan Renville daerah Pekalongan-Brebes-Tegal
ditinggalkan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan aparat pemerintahan. Terjadi
kevakuman di wilayah ini dan Amir Fatah beserta pasukan Hizbullah yang tidak
mau di-TNI-kan segera mengambil alih.
Saat pasukan TNI kemudian balik
kembali ke wilayah tersebut setelah Belanda melakukan agresi militernya yang
kedua, sebenarnya telah terjadi kesepakatan antara Amir Fatah dan pasukannya
dengan pasukan TNI. Amir Fatah bahkan diangkat sebagai koordinator pasukan di
daerah operasi Tegal dan Brebes. Namun terjadi ketegangan karena berbagai
persoalan antara pasukan Amir Fatah dengan TNI sering timbul kembali. Amir
Fatah pun semakin berubah pikiran setelah utusan Kartosuwiryo datang menemuinya
lalu mengangkatnya sebagai Panglima TII Jawa Tengah. Ia bahkan kemudian ikut
memproklamirkan berdirinya Negara Islam di Jawa Tengah. Sejak itu terjadi
kekacauan dan konflik terbuka antara pasukan Amir Fatah dengan pasukan TNI.
Tetapi berbeda dengan DI/TII di
Jawa Barat, perlawanan Amir Fatah tidak terlalu lama. Kurangnya dukungan dari
penduduk membuat perlawanannya cepat berakhir. Desember 1951, ia menyerah. Selain Amir Fatah, di Jawa Tengah
juga timbul pemberontakan lain yang dipimpin oleh Kiai Haji Machfudz atau yang
dikenal sebagai Kyai Sumolangu. Ia didukung oleh laskar bersenjata Angkatan
Umat Islam (AUI) yang sejak didirikan memang berkeinginan menciptakan suatu
negara Indonesia yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Meski demikian, dalam
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan, awalnya AUI bahu membahu dengan
Tentara Republik dalam menghadapi Belanda. Wilayah operasional AUI berada di
daerah Kebumen dan daerah sekitar pantai selatan Jawa Tengah.
Namun kerja sama antara AUI
dengan Tentara RI mulai pecah ketika pemerintah hendak melakukan demobilisasi
AUI. Ajakan pemerintah untuk berunding ditolak Kyai Sumolangu. Pada akhir Juli
1950 Kyai Sumolangu melakukan pemberontakan. Sesudah sebulan bertempur, tentara
RI berhasil menumpas pemberontakan ini.
Ratusan pemberontak dinyatakan tewas dan sebagian besar berhasil ditawan.
Sebagian lainnya melarikan diri dan bergabung dengan pasukan TII di Brebes dan
Tegal. Akibat pemberontakan ini kehancuran yang diderita di Kebumen besar
sekali. Ribuan rakyat mengungsi dan ratusan orang ikut terbunuh. Selain itu
desa-desa juga mengalami kerusakan berat.
Pemberontakan Darul Islam di Jawa
Tengah lainnya juga dilakukan oleh Batalyon 426 dari Divisi Diponegoro Jawa
Tengah. Ini adalah tentara Indonesia yang anggota-anggotanya berasal dari
laskar Hizbullah. Simpati dan kerja sama mereka dengan Darul Islam pun jadinya
tampak karena DI/TII juga berbasis pasukan laskar Hizbullah. Cakupan wilayah
gerakan Batalyon 426 dalam pertempuran dengan pasukan RI adalah Kudus, Klaten,
hingga Surakarta.Walaupun dianggap kuat dan membahayakan, namun hanya dalam
beberapa bulan saja, pemberontakan Batalyon 426 ini juga berhasil ditumpas.
Selain di Jawa Barat dan Jawa
Tengah, pemberontakan DI/TII terjadi pula di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan
Letnan Kolonel Kahar Muzakkar. Pada tahap awal, pemberontakan ini lebih
disebabkan akibat ketidakpuasan para bekas pejuang gerilya kemerdekaan terhadap
kebijakan pemerintah dalam membentuk Tentara Republik dan demobilisasi yang
dilakukan di Sulawesi Selatan. Namun beberapa tahun kemudian pemberontakan
malah beralih dengan bergabungnya mereka ke dalam DI/TII Kartosuwiryo.
Tokoh Kahar Muzakkar sendiri pada
masa perang kemerdekaan pernah berjuang di Jawa bahkan menjadi komandan Komando
Grup Sulawesi Selatan yang bermarkas di Yogyakarta. Setelah pengakuan
kedaulatan tahun 1949 ia lalu ditugaskan ke daerah asalnya untuk membantu
menyelesaikan persoalan tentang Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) di
sana. KGSS dibentuk sewaktu perang kemerdekaan dan berkekuatan 16 batalyon atau
satu divisi. Pemerintah ingin agar kesatuan ini dibubarkan lebih dahulu untuk
kemudian dilakukan reorganisasi tentara kembali. Semua itu dalam rangka
penataan ketentaraan. Namun anggota KGSS menolaknya.
Begitu tiba, Kahar Muzakkar
diangkat oleh Panglima Tentara Indonesia Timur menjadi koordinator KGSS, agar
mudah menyelesaikan persoalan. Namun Kahar Muzakkar malah menuntut kepada
Panglimanya agar KGSS bukan dibubarkan, melainkan minta agar seluruh anggota
KGSS dijadikan tentara dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan ini langsung
ditolak karena pemerintah berkebijakan hanya akan menerima anggota KGSS yang
memenuhi syarat sebagai tentara dan lulus seleksi. Kahar Muzakkar tidak
menerima kebijakan ini dan memilih berontak diikuti oleh pasukan pengikutnya.
Selama masa pemberontakan, Kahar Muzakkar pada tanggal 7 Agustus 1953 menyatakan diri sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia Kartosuwiryo. Pemberontakan yang dilakukan Kahar memang memerlukan waktu lama untuk menumpasnya. Pemberontakan baru berakhir pada tahun 1965. Di tahun itu, Kahar Muzakkar tewas tertembak dalam suatu penyergapan.
Pemberontakan yang berkait dengan DI/TII juga terjadi di Kalimantan Selatan. Namun dibandingkan dengan gerakan DI/TII yang lain, ini adalah pemberontakan yang relatif kecil, dimana pemberontak tidak menguasai daerah yang luas dan pergerakan pasukan yang besar. Meski begitu, pemberontakan berlangsung lama dan berlarut-larut hingga tahun 1963 saat Ibnu Hajar, pemimpinnya, tertangkap.
Timbulnya pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan ini sesungguhnya bisa ditelusuri hingga tahun 1948 saat Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV, sebagai pasukan utama Indonesia dalam menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan, telah tumbuh menjadi tentara yang kuat dan berpengaruh di wilayah tersebut. Namun ketika penataan ketentaraan mulai dilakukan di Kalimantan Selatan oleh pemerintah pusat di Jawa, tidak sedikit anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa karena diantara mereka ada yang harus didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Suasana mulai resah dan keamanan di Kalimantan Selatan mulai terganggu. Penangkapan-penangkapan terhadap mantan anggota ALRI Divisi IV terjadi. Salah satu alasannya adalah karena diantara mereka ada yang mencoba menghasut mantan anggota ALRI yang lain untuk memberontak.
Selama masa pemberontakan, Kahar Muzakkar pada tanggal 7 Agustus 1953 menyatakan diri sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia Kartosuwiryo. Pemberontakan yang dilakukan Kahar memang memerlukan waktu lama untuk menumpasnya. Pemberontakan baru berakhir pada tahun 1965. Di tahun itu, Kahar Muzakkar tewas tertembak dalam suatu penyergapan.
Pemberontakan yang berkait dengan DI/TII juga terjadi di Kalimantan Selatan. Namun dibandingkan dengan gerakan DI/TII yang lain, ini adalah pemberontakan yang relatif kecil, dimana pemberontak tidak menguasai daerah yang luas dan pergerakan pasukan yang besar. Meski begitu, pemberontakan berlangsung lama dan berlarut-larut hingga tahun 1963 saat Ibnu Hajar, pemimpinnya, tertangkap.
Timbulnya pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan ini sesungguhnya bisa ditelusuri hingga tahun 1948 saat Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV, sebagai pasukan utama Indonesia dalam menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan, telah tumbuh menjadi tentara yang kuat dan berpengaruh di wilayah tersebut. Namun ketika penataan ketentaraan mulai dilakukan di Kalimantan Selatan oleh pemerintah pusat di Jawa, tidak sedikit anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa karena diantara mereka ada yang harus didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Suasana mulai resah dan keamanan di Kalimantan Selatan mulai terganggu. Penangkapan-penangkapan terhadap mantan anggota ALRI Divisi IV terjadi. Salah satu alasannya adalah karena diantara mereka ada yang mencoba menghasut mantan anggota ALRI yang lain untuk memberontak.
Diantara para pembelot mantan
anggota ALRI Divisi IV adalah Letnan Dua Ibnu Hajar. Dikenal sebagai figur
berwatak keras, dengan cepat ia berhasil mengumpulkan pengikut, terutama di
kalangan anggota ALRI Divisi IV yang kecewa terhadap pemerintah. Ibnu Hajar
bahkan menamai pasukan barunya sebagai Kesatuan Rakyat Indonesia yang Tertindas
(KRIyT). Kerusuhan segera saja terjadi. Berbagai penyelesaian damai coba
dilakukan pemerintah, namun upaya ini terus mengalami kegagalan. Pemberontakan
pun pecah.
Akhir tahun 1954, Ibnu Hajar memilih untuk bergabung dengan pemerintahan DI/TII Kartosuwiryo, yang menawarkan kepadanya jabatan dalam pemerintahan DI/TII sekaligus Panglima TII Kalimantan. Konflik dengan tentara Republik pun tetap terus berlangsung bertahun-tahun. Baru pada tahun 1963, Ibnu Hajar menyerah. Ia berharap mendapat pengampunan. Namun pengadilan militer menjatuhinya hukuman mati.
Akhir tahun 1954, Ibnu Hajar memilih untuk bergabung dengan pemerintahan DI/TII Kartosuwiryo, yang menawarkan kepadanya jabatan dalam pemerintahan DI/TII sekaligus Panglima TII Kalimantan. Konflik dengan tentara Republik pun tetap terus berlangsung bertahun-tahun. Baru pada tahun 1963, Ibnu Hajar menyerah. Ia berharap mendapat pengampunan. Namun pengadilan militer menjatuhinya hukuman mati.
Daerah pemberontakan DI/TII
berikutnya adalah Aceh. Ada sebab dan akhir yang berbeda antara pemberontakan
di daerah ini dengan daerah-daerah DI/TII lainnya.
Di Aceh,
pemicu langsung pecahnya pemberontakan adalah ketika pada tahun 1950 pemerintah
menetapkan wilayah Aceh sebagai bagian dari propinsi Sumatera Utara. Para ulama
Aceh yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menolak hal ini.
Bagi mereka, pemerintah terlihat tidak menghargai masyarakat Aceh yang telah
berjuang membela republik. Mereka menuntut agar Aceh memiliki otonomi sendiri
dan mengancam akan bertindak bila tuntutan mereka tak dipenuhi. Tokoh terdepan
PUSA dalam hal ini adalah Daud Beureuh.
Pemerintah pusat kemudian
berupaya menempuh jalan pertemuan. Wakil Presiden M. Hatta (1950), Perdana
Menteri M. Natsir (1951), bahkan Soekarno (1953) menyempatkan diri ke Aceh
untuk menyelesaikan persoalan ini, namun mengalami kegagalan. Akhirnya pada
tahun 1953, setelah Daud Beureuh melakukan kontak dengan Kartosuwiryo, ia
menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia yang dipimpin
Kartosuwiryo.
Konflik antara pengikut Daud
Beureuh dengan tentara RI pun berkecamuk dan tak menentu selama beberapa tahun,
sebelum akhirnya pemerintah mengakomodasi dan menjadikan Aceh sebagai daerah
istimewa pada tahun 1959. Tiga tahun setelah itu Daud Beureuh kembali dari
pertempuran yang telah selesai. Ia mendapat pengampunan.
Inilah peristiwa yang hingga kini
masih menyimpan kontroversi. Utamanya adalah yang berhubungan dengan pertanyaan
“Siapa dalang Gerakan 30 September 1965 sebenarnya?”
Setidaknya terdapat tujuh teori mengenai peristiwa
kudeta G30S tahun 1965 ini:
1) Gerakan 30 September merupakan Persoalan Internal Angkatan Darat (AD).
Dikemukakan antara lain oleh Ben Anderson, W.F.Wertheim, dan Coen
Hotsapel, teori ini menyatakan bahwa G30S hanyalah peristiwa yang timbul akibat
adanya persoalan di kalangan AD sendiri. Hal ini misalnya didasarkan pada
pernyataan pemimpin Gerakan, yaitu Letnan Kolonel Untung yang menyatakan bahwa
para pemimpin AD hidup bermewah-mewahan dan memperkaya diri sehingga
mencemarkan nama baik AD. Pendapat seperti ini sebenarnya berlawanan dengan
kenyataan yang ada. Jenderal Nasution misalnya, Panglima Angkatan Bersenjata
ini justru hidupnya sederhana.
2) Dalang Gerakan 30 September adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat
(CIA).
Teori ini berasal antara lain dari tulisan Peter Dale Scott atau
Geoffrey Robinson. Menurut teori ini AS sangat khawatir Indonesia jatuh ke
tangan komunis. PKI pada masa itu memang tengah kuat-kuatnya menanamkan
pengaruh di Indonesia. Karena itu CIA kemudian bekerjasama dengan suatu
kelompok dalam tubuh AD untuk memprovokasi PKI agar melakukan gerakan kudeta.
Setelah itu, ganti PKI yang dihancurkan. Tujuan akhir skenario CIA ini adalah
menjatuhkan kekuasaan Soekarno.
3) Gerakan 30 September merupakan Pertemuan antara Kepentingan Inggris-AS.
Menurut teori ini G30S adalah titik temu antara keinginan Inggris yang
ingin sikap konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia bisa diakhiri melalui
penggulingan kekuasaan Soekarno, dengan keinginan AS agar Indonesia terbebas
dari komunisme. Dimasa itu, Soekarno memang tengah gencar melancarkan provokasi
menyerang Malaysia yang dikatakannya sebagai negara boneka Inggris. Teori
dikemukakan antara lain oleh Greg Poulgrain.
Teori yang dikemukakan antara lain oleh Anthony
Dake dan John Hughes ini beranjak dari asumsi bahwa Soekarno berkeinginan
melenyapkan kekuatan oposisi terhadap dirinya, yang berasal dari sebagian
perwira tinggi AD. Karena PKI dekat dengan Soekarno, partai inipun terseret.
Dasar teori ini antara lain berasal dari kesaksian Shri Biju Patnaik, seorang
pilot asal India yang menjadi sahabat banyak pejabat Indonesia sejak masa
revolusi. Ia mengatakan bahwa pada 30 September 1965 tengah malam Soekarno
memintanya untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh. Menurut Patnaik, Soekarno
berkata “sesudah itu saya akan menutup lapangan terbang”. Di sini Soekarno
seakan tahu bahwa akan ada “peristiwa besar” esok harinya.
Namun teori ini dilemahkan antara lain dengan
tindakan Soekarno yang ternyata kemudian menolak mendukung G30S. Bahkan pada 6
Oktober 1965, dalam sidang Kabinet Dwikora di Bogor, ia mengutuk gerakan ini.
5) Tidak ada Pemeran Tunggal dan Skenario Besar dalam Peristiwa Gerakan 30
September (Teori Chaos).
Dikemukakan antara lain oleh John D. Legge, teori
ini menyatakan bahwa tidak ada dalang tunggal dan tidak ada skenario besar
dalam G30S. Kejadian ini hanya merupakan hasil dari perpaduan antara, seperti
yang disebut Soekarno: “unsur-unsur Nekolim (negara Barat), pimpinan PKI yang
keblinger serta oknum-oknum ABRI yang tidak benar”. Semuanya pecah dalam
improvisasi di lapangan.
6) Soeharto sebagai Dalang Gerakan 30 September
Pendapat yang menyatakan bahwa Soeharto adalah
dalang Gerakan 30 September antara lain dikemukakan oleh Brian May dalam
bukunya, “Indonesian Tragedy”. Menurut Brian May terdapat kedekatan hubungan
antara Letkol. Untung sebagai pemimpin Gerakan 30 September 1965 dengan Mayjen.
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad.
7) Dalang Gerakan 30 September adalah PKI
Menurut teori ini tokoh-tokoh PKI adalah
penanggungjawab peristiwa kudeta, dengan cara memperalat unsur-unsur tentara.
Dasarnya adalah serangkaian kejadian dan aksi yang telah dilancarkan PKI antara
tahun 1959-1965. Dasar lainnya adalah bahwa setelah G30S, beberapa perlawanan
bersenjata yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri CC PKI sempat
terjadi di Blitar Selatan, Grobogan, dan Klaten.
Teori yang dikemukakan antara
lain oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh ini merupakan teori yang paling
umum didengar mengenai kudeta tanggal 30 September 1965.
Namun terlepas dari teori mana yang benar mengenai peristiwa G30S, yang
pasti sejak Demokrasi Terpimpin secara resmi dimulai pada tahun 1959, Indonesia
memang diwarnai dengan figur Soekarno yang menampilkan dirinya sebagai penguasa
tunggal di Indonesia. Ia juga menjadi kekuatan penengah di antara dua kelompok
politik besar yang saling bersaing dan terkurung dalam pertentangan yang tidak
terdamaikan saat itu: AD dengan PKI.
Juli 1960 misalnya, PKI melancarkan kecaman-kecaman terhadap kabinet dan
tentara. Ketika tentara bereaksi, Soekarno segera turun tangan hingga persoalan
ini sementara selesai. Hal ini kemudian malah membuat hubungan Soekarno dengan
PKI kian dekat (Crouch, 1999 dan Ricklefs, 2010).
Bulan Agustus 1960 Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang
merupakan partai pesaing PKI, dibubarkan pemerintah. PKI pun semakin giat
melakukan mobilisasi massa untuk meningkatkan pengaruh dan memperbanyak
anggota. Partai-partai lain seperti NU dan PNI hingga saat itu praktis telah
dilumpuhkan (Feith, 1998).
Di tingkat pusat, PKI mulai berusaha dengan sungguh-sungguh untuk duduk
dalam kabinet. Mungkin PKI merasa kedudukannya sudah cukup kuat. Pada
tahun-tahun sebelumnya partai ini umumnya hanya melancarkan kritik terhadap
pemerintah khususnya para menteri yang memiliki pandangan politik berbeda
dengan mereka.
Di bidang kebudayaan, saat sekelompok cendekiawan anti-PKI
memproklamasikan Manifesto Kebudayaan (Manikebu) yang tidak ingin kebudayaan
nasional didominasi oleh suatu ideologi politik tertentu (misalnya komunis),
Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang pro PKI segera mengecam keras. Soekarno
ternyata menyepakati kecaman itu. Tidak sampai satu tahun usianya, Manikebu
dilarang pemerintah.
Sedangkan di daerah, persoalan-persoalan yang muncul tampaknya malah
lebih pelik lagi karena bersinggungan dengan konflik yang lebih radikal. Hal
ini sebagian merupakan akibat dari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
program di bidang agraria (landreform/UU
Pokok Agraria 1960), dimana PKI segera melancarkan apa yang disebut sebagai
kampanye aksi sepihak. Aksi ini merupakan upaya mengambil alih tanah milik
pihak-pihak mapan di desa dengan paksa dan menolak janji-janji bagi hasil yang
lama. “Tujuh Setan Desa” karenanya dirumuskan oleh PKI, yang terdiri dari tuan
tanah jahat, lintah darat, tukang ijon, tengkulak jahat, kapitalis birokrat
desa, pejabat desa jahat dan bandit desa. “Setan Desa”menurut versi PKI ini,
menurut Tornquist, ujung-ujungnya merujuk pada para pemilik tanah (Tornquist,
2011).
Adegan-adegan protes pun berlangsung bahkan radikalisme dipraktikkan
hingga upaya menurunkan lurah serta aksi protes terhadap para sesepuh desa.
Dalam aksi pengambilalihan tanah --terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga
Bali, Jawa Barat dan Sumatera Utara-- massa PKI-pun terlibat dalam pertentangan
yang sengit dengan, tentu saja, para tuan tanah, juga kaum birokrat dan para
pengelola yang berasal dari kalangan tentara. Para tuan tanah kebetulan pula
kebanyakan berasal dari kalangan muslim yang taat dan pendukung PNI. Kondisi
ini pada akhirnya menyebabkan PKI, khususnya di Jawa Timur, segera saja berhadapan
muka dengan para santri NU.
Di kota-kota tindakan liar juga bukan tidak terjadi. Ini misalnya tergambar
dalam cerita mengenai istri seorang dokter terkenal di Solo, yang akan pergi ke
suatu resepsi. Ia, yang mengenakan kebaya lengkap dengan sanggul besar dan
sepatu hak tinggi, digiring oleh ratusan tukang becak di tengah terik matahari ke
kantor polisi untuk menyelesaikan pertikaian harga becak. Adegan serupa pernah
juga terjadi di berbagai kota. Ada pula para kepala desa yang sudah tua
disidangkan di depan pengadilan rakyat (Ong Hok Ham,1999).
Selama tahun 1964, perlawanan terhadap aksi sepihak semakin lama semakin
kuat. Kekerasan jadinya semakin kerap terjadi. Di Jawa Timur tindak balasan
anti PKI dipelopori oleh kelompok pemuda NU, yaitu Ansor.
Hubungan Angkatan Darat dengan PKI sendiri pada masa itu juga kian
memanas. Sindiran dan kritik kerap dilontarkan para petinggi PKI terhadap AD.
Pada bulan-bulan awal tahun 1965 PKI “menyerang” para pejabat anti PKI
dengan menuduhnya sebagai kapitalis birokrat yang korup.
Demonstrasi-demonstrasi juga dilakukan untuk menuntut pembubaran Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI). Maka hingga pertengahan tahun 1965 atau sebelum pecah
kudeta di awal Oktober, kekuatan politik di ibukota tampaknya sudah semakin
bergeser ke kiri. PKI kian berada di atas angin dengan perjuangan partai yang
semakin intensif.
Usul pembentukan angkatan ke-5 selain AD-AU-AL-AK
yang dikemukakan oleh PKI pada Januari 1965, diakui memang semakin memperkeruh
suasana terutama dalam hubungan antara PKI dan TNI AD. Tentara telah
membayangkan bagaimana 21 juta petani dan buruh bersenjata, bebas dari
pengawasan mereka.
Bagi para petinggi militer gagasan ini bisa berarti
pengukuhan aksi politik yang matang, bermuara pada dominasi PKI yang hendak
mendirikan pemerintahan komunis yang pro-RRC (Republik
Rakyat Cina yang komunis) di Indonesia (Southwood dan Flanagan, 2013). Usulan
ini akhirnya memang gagal direalisasikan.
PKI lalu meniupkan isu tentang adanya Dewan
Jenderal di tubuh AD yang tengah mempersiapkan suatu kudeta. Di sini, PKI
menyodorkan “Dokumen Gilchrist” yang ditandatangani Duta Besar Inggris di
Indonesia. Isi dokumen ditafsirkan sebagai isyarat adanya operasi dari pihak
Inggris-AS dengan melibatkan our local
army friend (kawan-kawan kita dari tentara setempat) untuk melakukan
kudeta. Meski kebenaran isi dokumen ini diragukan dan Jenderal Ahmad Yani
kemudian menyanggah keberadaan Dewan Jenderal ini saat Presiden Soekarno
bertanya kepadanya, namun pertentangan PKI dengan Angkatan Darat kini tampaknya
telah mencapai level yang akut. Pada bulan Mei 1965, Pelda. Sujono yang
berusaha menghentikan penyerobotan tanah perkebunan tewas dibunuh sekelompok
orang dari BTI dalam peristiwa Bandar Betsy di Sumatera Utara. Jenderal Yani
segera menuntut agar mereka yang terlibat dalam peristiwa Bandar Betsy diadili.
Sikap tegasnya didukung penuh oleh organisasi-organisasi Islam, Protestan, dan
Katolik.
Sementara itu di Mantingan, PKI berusaha mengambil paksa tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 hektar (Ambarwulan dan Kasdi dalam Taufik Abdullah, ed., 2012: 139). Sebuah tindakan yang tentu saja semakin membuat marah kalangan Islam. Apalagi empat bulan sebelumnya telah terjadi peristiwa Kanigoro Kediri, dimana BTI telah membuat kacau peserta mental Training Pelajar Islam Indonesia dan memasuki tempat ibadah saat subuh tanpa melepas alas kaki yang penuh lumpur lalu melecehkan Al Quran.
Suasana pertentangan antara PKI dengan AD dan golongan lain non PKI pun telah sedemikian panasnya menjelang tanggal 30 September 1965. Apalagi pada bulan Juli sebelumnya Soekarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa presiden RI tersebut kemungkinan akan meninggal atau lumpuh. Maka dalam rapat Politbiro PKI tanggal 28 September 1965, pimpinan PKI pun memutuskan untuk bergerak.
Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak melaksanakan “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober 1965. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya Jakarta. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan, namun putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaitu: Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.
Pada berita RRI pagi harinya, Letkol. Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, sebuah pengumuman yang membingungkan masyarakat.
Dalam situasi tak menentu itulah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika diketahui bahwa Gerakan September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia.
Sementara itu di Mantingan, PKI berusaha mengambil paksa tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 hektar (Ambarwulan dan Kasdi dalam Taufik Abdullah, ed., 2012: 139). Sebuah tindakan yang tentu saja semakin membuat marah kalangan Islam. Apalagi empat bulan sebelumnya telah terjadi peristiwa Kanigoro Kediri, dimana BTI telah membuat kacau peserta mental Training Pelajar Islam Indonesia dan memasuki tempat ibadah saat subuh tanpa melepas alas kaki yang penuh lumpur lalu melecehkan Al Quran.
Suasana pertentangan antara PKI dengan AD dan golongan lain non PKI pun telah sedemikian panasnya menjelang tanggal 30 September 1965. Apalagi pada bulan Juli sebelumnya Soekarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa presiden RI tersebut kemungkinan akan meninggal atau lumpuh. Maka dalam rapat Politbiro PKI tanggal 28 September 1965, pimpinan PKI pun memutuskan untuk bergerak.
Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak melaksanakan “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober 1965. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya Jakarta. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan, namun putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaitu: Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.
Pada berita RRI pagi harinya, Letkol. Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, sebuah pengumuman yang membingungkan masyarakat.
Dalam situasi tak menentu itulah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika diketahui bahwa Gerakan September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia.
2. Konflik dan Pergolakan yang
Berkait dengan Kepentingan.
a) Pemberontakan APRA
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling
pada tahun 1949. Ini adalah milisi bersenjata yang anggotanya terutama berasal
dari tentara Belanda: KNIL, yang tidak setuju dengan pembentukan Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih
berbentuk negara bagian Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat
adalah Divisi Siliwangi. APRA ingin agar keberadaan negara Pasundan
dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara negara federal di
Jawa Barat. Karena itu, pada Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah
RIS. Ultimatum ini segera dijawab Perdana Menteri Hatta dengan memerintahkan
penangkapan terhadap Westerling.
APRA malah bergerak menyerbu kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror. Puluhan anggota APRIS gugur. Diketahui pula kemudian kalau APRA bermaksud menyerang Jakarta dan ingin membunuh antara lain Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX dan Kepala APRIS Kolonel T.B. Simatupang. Namun semua itu akhirnya dapat digagalkan oleh pemerintah. Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda.
APRA malah bergerak menyerbu kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror. Puluhan anggota APRIS gugur. Diketahui pula kemudian kalau APRA bermaksud menyerang Jakarta dan ingin membunuh antara lain Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX dan Kepala APRIS Kolonel T.B. Simatupang. Namun semua itu akhirnya dapat digagalkan oleh pemerintah. Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda.
Seperti halnya pemberontakan APRA di Bandung, peristiwa Andi Aziz
berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL
(pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka
yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT). Ketika akhirnya
tentara Indonesia benar-benar didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan tujuan
memelihara keamanan, hal ini menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan Andi
Aziz. Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan
diperlakukan secara diskriminatif oleh pimpinan APRIS.
Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz ini kemudian bereaksi dengan
menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan Panglima Teritorium (wilayah)
Indonesia Timur, Pemerintahpun bertindak tegas dengan mengirimkan pasukan
ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang.
April 1950, pemerintah memerintahkan Andi Aziz agar melapor ke Jakarta
akibat peristiwa tersebut, dan menarik pasukannya dari tempat-tempat yang telah
diduduki, menyerahkan senjata serta membebaskan tawanan yang telah mereka
tangkap. Tenggat waktu melapor adalah 4 x 24 jam. Namun Andi Aziz ternyata
terlambat melapor, sementara pasukannya telah berontak. Andi Aziz pun segera
ditangkap di Jakarta setibanya ia ke sana dari Makasar. Ia juga kemudian
mengakui bahwa aksi yang dilakukannya berawal dari rasa tidak puas terhadap
APRIS. Pasukannya yang memberontak akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara
Indonesia di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.
Sesuai dengan namanya, pemberontakan RMS dilakukan
dengan tujuan memisahkan diri dari Republik Indonesia Serikat dan menggantinya
dengan negara sendiri. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia
Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada April 1950, RMS didukung oleh mantan pasukan
KNIL.
Upaya penyelesaian secara damai awalnya dilakukan
oleh pemerintah Indonesia, yang mengutus dr. Leimena untuk berunding. Namun
upaya ini mengalami kegagalan. Pemerintah pun langsung mengambil tindakan
tegas, dengan melakukan operasi militer di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.
Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki
kualifikasi sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di
Pulau Ambon dengan medan perbentengan alam yang kokoh. Bekas benteng pertahanan
Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena medan yang berat ini,
selama peristiwa perebutan pulau Ambon oleh TNI, terjadi pertempuran frontal
dan dahsyat dengan saling bertahan dan menyerang. Meski kota Ambon sebagai
ibukota RMS berhasil direbut dan pemberontakan ini akhirnya ditumpas, namun TNI
kehilangan komandan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto
yang gugur tertembak. Soumokil sendiri awalnya berhasil melarikan diri ke pulau
Seram, namun ia akhirnya ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman mati.
3. Konflik
dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem
Pemerintahan.
a) Pemberontakan PRRI dan Permesta
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula
dari adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas
minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong
beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Persoalan kemudian ternyata malah meluas pada tuntutan otonomi daerah. Ada
ketidakadilan yang dirasakan beberapa tokoh militer dan sipil di daerah
terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana
pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan
daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan Februari 1957,
seperti
Dewan Gajah di Sumatera Utara
yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon.
Dewan Garuda di Sumatera Selatan
yang dipimpin oleh Letkol. Barlian.
Dewan Manguni di Sulawesi Utara
yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Dewan-dewan ini bahkan kemudian mengambil alih
kekuasaan pemerintah daerah di wilayahnya masing-masing. Beberapa tokoh sipil
dari pusatpun mendukung mereka bahkan bergabung ke dalamnya, seperti Syafruddin
Prawiranegara, Burhanuddin Harahap dan Mohammad Natsir.
KSAD Abdul Haris Nasution dan PM Juanda sebenarnya
berusaha mengatasi krisis ini dengan jalan musyawarah, namun gagal.
Ahmad Husein lalu mengultimatum pemerintah pusat, menuntut agar Kabinet
Djuanda mengundurkan diri dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan
tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Krisis pun akhirnya memuncak ketika
pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di
Padang, Sumatera Barat. Seluruh dewan perjuangan di Sumatera dianggap mengikuti
pemerintahan ini. Sebagai perdana menteri PRRI ditunjuk Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Bagi Syafruddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan negara Indonesia, dan bukan memisahkan diri. Apalagi PKI saat itu mulai memiliki pengaruh besar di pusat. Tokoh-tokoh sipil yang ikut dalam PRRI sebagian memang berasal dari partai Masyumi yang dikenal anti PKI.
Berita proklamasi PRRI ternyata disambut dengan antusias pula oleh para tokoh masyarakat Manado, Sulawesi Utara. Kegagalan musyawarah dengan pemerintah, menjadikan mereka mendukung PRRI, mendeklarasikan Permesta sekaligus memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (Kabinet Juanda).
Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-diam ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan pemberontakan ini karena kekhawatiran mereka terhadap pemerintah pusat Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi komunis. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan.
Bagi Syafruddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan negara Indonesia, dan bukan memisahkan diri. Apalagi PKI saat itu mulai memiliki pengaruh besar di pusat. Tokoh-tokoh sipil yang ikut dalam PRRI sebagian memang berasal dari partai Masyumi yang dikenal anti PKI.
Berita proklamasi PRRI ternyata disambut dengan antusias pula oleh para tokoh masyarakat Manado, Sulawesi Utara. Kegagalan musyawarah dengan pemerintah, menjadikan mereka mendukung PRRI, mendeklarasikan Permesta sekaligus memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (Kabinet Juanda).
Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-diam ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan pemberontakan ini karena kekhawatiran mereka terhadap pemerintah pusat Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi komunis. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan.
b) Persoalan Negara Federal dan BFO
Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara
Bagian (BFO/ Bijeenkomst voor Federal
Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah
kemerdekaan. Persaingan yang timbul terutama adalah antara golongan federalis
yang ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris yang
ingin Indonesia menjadi negara kesatuan.
Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24
Juli 1946 misalnya, pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti
oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu, ternyata mendapat reaksi keras dari
para politisi pro RI yang ikut serta. Mr. Tadjudin Noor dari Makasar bahkan
begitu kuatnya mengkritik hasil konferensi.
Perbedaan keinginan agar bendera Merah-Putih dan
lagu Indonesia Raya digunakan atau tidak oleh Negara Indonesia Timur (NIT) juga
menjadi persoalan yang tidak bisa diputuskan dalam konferensi. Kabinet NIT juga
secara tidak langsung ada yang jatuh karena persoalan negara federal ini
(1947).
Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO telah terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok pertama menolak kerja sama dengan Belanda dan lebih memilih RI untuk diajak bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat. Kubu ini dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) serta R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh Sultan Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur). Kelompok ini ingin agar garis kebijakan bekerja sama dengan Belanda tetap dipertahankan BFO. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua kubu ini kian sengit. Dalam sidang-sidang BFO selanjutnya kerap terjadi konfrontasi antara Anak Agung dengan Sultan Hamid II. Di kemudian hari, Sultan Hamid II ternyata bekerja sama dengan APRA Westerling mempersiapkan pemberontakan terhadap pemerintah RIS.
Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan antara golongan federalis dan unitaris makin lama makin mengarah pada konflik terbuka di bidang militer, pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan masalah psikologis. Salah satu ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerja sama dengan bekas musuhnya, yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara bagian (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012.). Kasus APRA Westerling dan mantan pasukan KNIL Andi Aziz sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah cermin dari pertentangan ini.
Namun selain pergolakan yang mengarah pada perpecahan, pergolakan bernuansa positif bagi persatuan bangsa juga terjadi. Hal ini terlihat ketika negara-negara bagian yang keberadaannya ingin dipertahankan setelah KMB, harus berhadapan dengan tuntutan rakyat yang ingin agar negara-negara bagian tersebut bergabung ke RI.
Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO telah terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok pertama menolak kerja sama dengan Belanda dan lebih memilih RI untuk diajak bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat. Kubu ini dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) serta R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh Sultan Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur). Kelompok ini ingin agar garis kebijakan bekerja sama dengan Belanda tetap dipertahankan BFO. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua kubu ini kian sengit. Dalam sidang-sidang BFO selanjutnya kerap terjadi konfrontasi antara Anak Agung dengan Sultan Hamid II. Di kemudian hari, Sultan Hamid II ternyata bekerja sama dengan APRA Westerling mempersiapkan pemberontakan terhadap pemerintah RIS.
Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan antara golongan federalis dan unitaris makin lama makin mengarah pada konflik terbuka di bidang militer, pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan masalah psikologis. Salah satu ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerja sama dengan bekas musuhnya, yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara bagian (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012.). Kasus APRA Westerling dan mantan pasukan KNIL Andi Aziz sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah cermin dari pertentangan ini.
Namun selain pergolakan yang mengarah pada perpecahan, pergolakan bernuansa positif bagi persatuan bangsa juga terjadi. Hal ini terlihat ketika negara-negara bagian yang keberadaannya ingin dipertahankan setelah KMB, harus berhadapan dengan tuntutan rakyat yang ingin agar negara-negara bagian tersebut bergabung ke RI.
Salah satu guna sejarah adalah
kegunaan edukatif. Maksudnya, dengan mempelajari sejarah maka orang dapat
mengambil hikmah dari pengalaman yang pernah dilakukan masyarakat pada masa
lampau, yang tentu saja dapat dikaitkan dengan masa sekarang. Keberhasilan di
masa lampau akan dapat memberi pengalaman pada masa sekarang. Sebaliknya,
kesalahan masyarakat di masa lampau akan menjadi pelajaran berharga yang harus
diwaspadai di masa kini.
Karena itu sebelum kita
melanjutkan ke bab ini, kalian akan belajar tentang bagaimana sejarah dapat
memberikan hikmah keteladanan atau pembelajaran dalam kehidupan berbangsa, ada
baiknya bila kita coba mengingat kembali materi pada bab sebelumnya.
Pentingnya kesadaran terhadap
integrasi bangsa dapat dihubungkan dengan masih terdapatnya potensi konflik di
beberapa wilayah Indonesia pada masa kini. Kementerian Sosial saja memetakan
bahwa pada tahun 2014 Indonesia masih memiliki 184 daerah dengan potensi rawan
konflik sosial. Enam di antaranya diprediksi memiliki tingkat kerawanan yang
tinggi, yaitu Papua, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan
Jawa
Konflik bahkan bukan saja dapat
mengancam persatuan bangsa. Kita juga harus menyadari betapa konflik yang
terjadi dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian. Sejarah telah memberitahu
kita bagaimana pemberontakan-pemberontakan yang pernah terjadi selama masa
tahun 1948 hingga 1965 telah menewaskan banyak sekali korban manusia. Ribuan
rakyat mengungsi dan berbagai tempat pemukiman
mengalami kerusakan berat. Belum lagi kerugian yang bersifat materi dan psikis
masyarakat. Semua itu hanyalah akan melahirkan penderitaan bagi masyarakat kita
sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut,
cobalah kalian baca wacana berikut ini dan ikutilah instruksi yang diberikan.
Carilah hikmah yang terkandung di dalamnya agar kita dapat menyadari betapa
pentingnya persatuan bangsa tersebut:
2. Teladan
Para Tokoh Persatuan
Tahukah kalian bahwa jumlah tokoh
yang telah diangkat oleh pemerintah sebagai pahlawan nasional hingga tahun 2017
ini adalah 173 orang? Tidak sembarangan orang memang dapat menyandang secara
resmi gelar pahlawan nasional. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Salah
satu di antaranya adalah tokoh tersebut telah memimpin dan melakukan perjuangan
bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lainnya untuk
mencapai/ merebut/mempertahankan/mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan
dan kesatuan bangsa.
Beberapa tokoh di bawah ini
merupakan para pahlawan nasional yang memiliki jasa dalam mewujudkan integrasi
bangsa Indonesia. Tidak semua tokoh pahlawan dapat dibahas di sini. Selain
jumlahnya yang banyak, mereka juga berasal dari berbagai bidang atau daerah
yang berbeda.
Untuk pahlawan dari daerah, kita
akan mengambil hikmah para pejuang yang berasal dari wilayah paling timur
Indonesia, yaitu Papua. Di antara mereka mungkin kalian ada yang belum
mengenalnya, padahal sesungguhnya mereka mempunyai jasa yang sama dalam upaya
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh akan kita
bahas di sini, yaitu Frans Kaisiepo, Silas Papare, dan Marthen Indey.
Keteladanan para tokoh pahlawan
nasional Indonesia juga dapat kita lihat dalam bentuk pengorbanan jabatan dan
materi dari mereka yang berstatus raja. Sultan Hamengku Buwono IX dan Sultan
Syarif Kasim II adalah dua tokoh nasional yang akan dibahas dalam bab ini. Kita
akan melihat bagaimana tokoh-tokoh ini lebih mengedepankan keindonesiaan mereka
terlebih dahulu daripada kekuasaan atas kerajaan sah yang mereka pimpin, tanpa
menghitung untung rugi.
Selain tokoh-tokoh yang berkiprah
dalam bidang politik dan perjuangan bersenjata, kita juga akan mengambil hikmah
keteladanan dari tokoh yang berjuang di bidang seni. Nama Ismail Marzuki
mungkin telah kalian kenal sebagai pencipta lagu-lagu nasional. Namun mungkin
juga masih ada di antara kalian yang belum mengenal siapa sebenarnya Ismail
Marzuki dan kiprah apa yang ia berikan bagi integrasi Indonesia. Maka tokoh
Ismail Marzuki ini akan juga kita bahas dalam bab mengenai keteladanan para
tokoh nasional ini.
1) Pahlawan
Nasional dari Papua:
Frans
Kaisiepo, Silas Papare, dan Marthen Indey
Posisi Papua dalam sejarah Indonesia setelah kemerdekaan sebenarnya
unik. Papua adalah wilayah di Indonesia yang bahkan setelah RI kembali menjadi
negara kesatuan pada tahun 1950 pun, tetap berada dalam kendali Belanda. Khusus
persoalan Papua, berdasarkan hasil KMB tahun 1949, sesungguhnya akan
dibicarakan kembali oleh pemerintah RI dan Belanda “satu tahun kemudian”.
Nyatanya hingga tahun 1962, ketika Indonesia akhirnya memilih jalan perjuangan
militer dalam merebut wilayah ini, Belanda tetap berupaya mempertahankan Papua.
Meski demikian, dalam kurun waktu selama itu, bukan berarti rakyat Papua berdiam diri untuk tidak menunjukkan nasionalisme keindonesiaan mereka. Berbagai upaya juga mereka lakukan agar bisa menjadikan Papua sebagai bagian dari negara Republik Indonesia. Muncullah tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam upaya integrasi tersebut, seperti Frans Kaisiepo, Silas Papare dan Marthen Indey.
Frans Kaisiepo (1921-1979) adalah salah seorang tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua saat menjelang Indonesia merdeka. Ia juga turut berperan dalam pendirian Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946. Pada tahun yang sama, Kaisiepo menjadi anggota delegasi Papua dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan, dimana ia sempat menyebut Papua (Nederlands Nieuw Guinea) dengan nama Irian yang konon diambil dari bahasa Biak dan berarti daerah panas. Namun kata Irian tersebut malah diberinya pengertian lain : “Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands (Kemensos, 2013). Dalam konferensi ini, Frans Kaisiepo juga menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) karena NIT tidak memasukkan Papua ke dalamnya. Ia lalu mengusulkan agar Papua dimasukkan ke dalam Keresidenan Sulawesi Utara.
Tahun 1948 Kaisiepo ikut berperan dalam merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda. Setahun setelahnya, ia menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konsekuensi atas penolakannya adalah selama beberapa tahun setelah itu ia dipekerjakan oleh pemerintah kolonial di distrik-distrik terpencil Papua. Tahun 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang menuntut penyatuan Nederlans Nieuw Guinea ke negara Republik Indonesia. Wajar bila ia kemudian banyak membantu para tentara pejuang Trikora saat menyerbu Papua.
Pada paruh tahun terakhir tahun 1960-an, Kaisiepo berupaya agar Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) bisa dimenangkan oleh masyarakat yang ingin Papua bergabung ke Indonesia. Proses tersebut akhirnya menetapkan Papua menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.
Meski demikian, dalam kurun waktu selama itu, bukan berarti rakyat Papua berdiam diri untuk tidak menunjukkan nasionalisme keindonesiaan mereka. Berbagai upaya juga mereka lakukan agar bisa menjadikan Papua sebagai bagian dari negara Republik Indonesia. Muncullah tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam upaya integrasi tersebut, seperti Frans Kaisiepo, Silas Papare dan Marthen Indey.
Frans Kaisiepo (1921-1979) adalah salah seorang tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua saat menjelang Indonesia merdeka. Ia juga turut berperan dalam pendirian Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946. Pada tahun yang sama, Kaisiepo menjadi anggota delegasi Papua dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan, dimana ia sempat menyebut Papua (Nederlands Nieuw Guinea) dengan nama Irian yang konon diambil dari bahasa Biak dan berarti daerah panas. Namun kata Irian tersebut malah diberinya pengertian lain : “Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands (Kemensos, 2013). Dalam konferensi ini, Frans Kaisiepo juga menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) karena NIT tidak memasukkan Papua ke dalamnya. Ia lalu mengusulkan agar Papua dimasukkan ke dalam Keresidenan Sulawesi Utara.
Tahun 1948 Kaisiepo ikut berperan dalam merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda. Setahun setelahnya, ia menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konsekuensi atas penolakannya adalah selama beberapa tahun setelah itu ia dipekerjakan oleh pemerintah kolonial di distrik-distrik terpencil Papua. Tahun 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang menuntut penyatuan Nederlans Nieuw Guinea ke negara Republik Indonesia. Wajar bila ia kemudian banyak membantu para tentara pejuang Trikora saat menyerbu Papua.
Pada paruh tahun terakhir tahun 1960-an, Kaisiepo berupaya agar Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) bisa dimenangkan oleh masyarakat yang ingin Papua bergabung ke Indonesia. Proses tersebut akhirnya menetapkan Papua menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.
Silas Papare (1918-1978) membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) hanya sekitar sebulan setelah Indonesia merdeka. Tujuan KIM yang
dibentuk pada bulan September 1945 ini adalah untuk menghimpun kekuatan dan
mengatur gerak langkah perjuangan dalam membela dan mempertahankan proklamasi
17 Agustus 1945. Bulan Desember tahun yang sama, Silas Papare bersama Marthen
Indey dianggap mempengaruhi Batalyon Papua bentukan Sekutu untuk memberontak
terhadap Belanda. Akibatnya mereka berdua ditangkap Belanda dan dipenjara di
Holandia (Jayapura).
Setelah keluar dari penjara, Silas Papare mendirikan Partai Kemerdekaaan
Irian. Karena Belanda tidak senang, ia kemudian ditangkap dan kembali
dipenjara, kali ini di Biak. Partai ini kemudian diundang pemerintah RI ke
Yogyakarta. Silas Papare yang sudah bebas pergi ke sana dan bersama dengan
teman-temannya membentuk Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta. Sepanjang tahun
1950-an ia berusaha keras agar Papua menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Tahun 1962 ia mewakili Irian Barat duduk sebagai anggota delegasi RI dalam
Perundingan New York antara Indonesia-Belanda dalam upaya penyelesaian masalah
Papua. Berdasarkan “New York Agreement”
ini, Belanda akhirnya setuju untuk mengembalikan Papua ke Indonesia.
Marthen Indey (1912–1986) sebelum Jepang masuk ke Indonesia adalah seorang anggota polisi Hindia Belanda. Namun jabatan ini bukan
berarti melunturkan sikap nasionalismenya. Keindonesiaan yang ia miliki justru
semakin tumbuh tatkala ia kerap berinteraksi dengan tahanan politik Indonesia
yang dibuang Belanda ke Papua. Ia bahkan pernah berencana bersama anak buahnya
untuk berontak terhadap Belanda di Papua, namun gagal. Antara tahun 1945-1947,
Indey masih menjadi pegawai pemerintah Belanda dengan jabatan sebagai Kepala
Distrik. Meski demikian, bersama-sama kaum nasionalis di Papua, secara
sembunyi-sembunyi ia malah menyiapkan pemberontakan. Tetapi sekali lagi,
pemberontakan ini gagal dilaksanakan.
Sejak tahun 1946 Marthen Indey menjadi Ketua Partai Indonesia Merdeka
(PIM). Ia lalu memimpin sebuah aksi protes yang didukung delegasi 12 Kepala
Suku terhadap keinginan Belanda yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia. Indey juga mulai
terang-terangan menghimbau anggota militer yang bukan orang Belanda agar
melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Akibat aktivitas politiknya yang kian
berani ini, pemerintah Belanda menangkap dan memenjarakan Indey.
Tahun 1962, saat Marthen Indey tak lagi dipenjara, ia menyusun kekuatan gerilya sambil menunggu kedatangan tentara Indonesia yang akan diterjunkan ke Papua dalam rangka operasi Trikora. Saat perang usai, ia berangkat ke New York untuk memperjuangkan masuknya Papua ke wilayah Indonesia, di PBB hingga akhirnya Papua (Irian) benar-benar menjadi bagian Republik Indonesia.
Tahun 1962, saat Marthen Indey tak lagi dipenjara, ia menyusun kekuatan gerilya sambil menunggu kedatangan tentara Indonesia yang akan diterjunkan ke Papua dalam rangka operasi Trikora. Saat perang usai, ia berangkat ke New York untuk memperjuangkan masuknya Papua ke wilayah Indonesia, di PBB hingga akhirnya Papua (Irian) benar-benar menjadi bagian Republik Indonesia.
3. Para Raja yang Berkorban Untuk Bangsa:
Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sultan Syarif Kasim II
Saat Indonesia merdeka, di Indonesia, masih ada kerajaan-kerajaan yang
berdaulat. Hebatnya, para penguasa kerajaan-kerajaan tersebut lebih memilih
untuk meleburkan kerajaan mereka ke dalam negara Republik Indonesia. Hal ini
bisa terjadi tak lain karena dalam diri para raja dan rakyat di daerah mereka
telah tertanam dengan begitu kuat rasa kebangsaan Indonesia.
Meski demikian tak semua raja mau bergabung dengan
negara kesatuan RI. Sultan Hamid II dari Pontianak misalnya, bahkan pada tahun
1950-an lebih memilih berontak hingga turut serta dalam rencana pembunuhan
terhadap beberapa tokoh dan pejabat di Jakarta, meski akhirnya mengalami
kegagalan.
Dalam bagian ini, kita akan mengambil contoh dua
orang raja yang memilih untuk melawan Belanda dan bergabung dengan negara
kesatuan Republik Indonesia, yaitu Sultan Hamengku Buwono IX dari Yogyakarta
dan Sultan Syarif Kasim II dari kerajaan Siak.
Sultan Hamengku Buwono IX (1912-1988). Pada tahun 1940, ketika Sultan Hamengku Buwono IX dinobatkan menjadi raja Yogyakarta, ia dengan tegas menunjukkan sikap nasionalismenya. Dalam pidatonya saat itu, ia mengatakan: "Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.”(Kemensos, 2012)
Sikapnya ini kemudian diperkuat manakala tidak sampai 3 minggu setelah proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan, Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Kerajaan Yogjakarta adalah bagian dari negara Republik Indonesia. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, Sultan mengirim telegram ucapan selamat kepada Soekarno-Hatta atas terbentuknya Republik Indonesia dan terpilihnya Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Tanggal 20 Agustus besoknya, melalui telegram kembali, Sultan dengan tegas menyatakan berdiri di belakang Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Dan akhirnya pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengku Buwono IX memberikan amanat bahwa: Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Republik Indonesia. Segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan urusan pemerintahan berada di tangan Hamengku Buwono IX.
Hubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah RI bersifat langsung dan Sultan Hamengku Buwono IX bertanggung jawab kepada Presiden RI. Melalui telegram dan amanat ini, sangat terlihat sikap nasionalisme Sultan Hamengku Buwono IX. Bahkan melalui perbuatannya. Sejak awal kemerdekaan, Sultan memberikan banyak fasilitas bagi pemerintah RI yang baru terbentuk untuk menjalankan roda pemerintahan. Markas TKR dan ibukota RI misalnya, pernah berada di Yogjakarta atas saran Sultan. Bantuan logistik dan perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI tatkala perang kemerdekaan berlangsung, juga ia berikan.
Sultan Hamengku Buwono IX (1912-1988). Pada tahun 1940, ketika Sultan Hamengku Buwono IX dinobatkan menjadi raja Yogyakarta, ia dengan tegas menunjukkan sikap nasionalismenya. Dalam pidatonya saat itu, ia mengatakan: "Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.”(Kemensos, 2012)
Sikapnya ini kemudian diperkuat manakala tidak sampai 3 minggu setelah proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan, Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Kerajaan Yogjakarta adalah bagian dari negara Republik Indonesia. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, Sultan mengirim telegram ucapan selamat kepada Soekarno-Hatta atas terbentuknya Republik Indonesia dan terpilihnya Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Tanggal 20 Agustus besoknya, melalui telegram kembali, Sultan dengan tegas menyatakan berdiri di belakang Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Dan akhirnya pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengku Buwono IX memberikan amanat bahwa: Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Republik Indonesia. Segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan urusan pemerintahan berada di tangan Hamengku Buwono IX.
Hubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah RI bersifat langsung dan Sultan Hamengku Buwono IX bertanggung jawab kepada Presiden RI. Melalui telegram dan amanat ini, sangat terlihat sikap nasionalisme Sultan Hamengku Buwono IX. Bahkan melalui perbuatannya. Sejak awal kemerdekaan, Sultan memberikan banyak fasilitas bagi pemerintah RI yang baru terbentuk untuk menjalankan roda pemerintahan. Markas TKR dan ibukota RI misalnya, pernah berada di Yogjakarta atas saran Sultan. Bantuan logistik dan perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI tatkala perang kemerdekaan berlangsung, juga ia berikan.
Sultan Hamengku Buwono IX juga pernah menolak
tawaran Belanda yang akan menjadikannya raja seluruh Jawa setelah agresi
militer Belanda berlangsung. Belanda rupanya
ingin memisahkan Sultan yang memiliki pengaruh besar itu dengan Republik. Bukan
saja bujukan, Belanda bahkan juga sampai mengancam Sultan. Namun Sultan
Hamengku Buwono IX malah menghadapi ancaman tersebut dengan berani.
Meskipun berstatus Sultan, Hamengku Buwono IX
dikenal pula sebagai pribadi yang demokratis dan merakyat. Banyak kisah menarik
yang terjadi dalam interaksi antara Sultan dan masyarakat Yogyakarta. Cerita
yang dikisahkan oleh SK Trimurti dan diolah dari buku “Takhta Untuk Rakyat”
berikut ini, menggambarkan hal tersebut. Trimurti adalah istri Sayuti Melik,
pengetik naskah teks proklamasi:
Pingsan Gara-Gara Sultan
Kejadiannya berlangsung pada tahun 1946, ketika
pemerintah Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Saat itu, SK Trimurti
hendak pulang menuju ke rumahnya. Penasaran dengan kerumunan orang di jalan,
iapun singgah. Ternyata ada perempuan pedagang yang jatuh pingsan di depan
pasar. Uniknya, yang membuat warga berkerumun bukanlah karena perempuan yang
jatuh pingsan tadi, melainkan penyebab mengapa perempuan tersebut jatuh
pingsan.
Cerita berawal ketika perempuan pedagang beras ini
memberhentikan sebuah jip untuk ikut menumpang ke pasar Kranggan. Sesampainya
di Pasar Kranggan, ia lalu meminta sopir jip untuk menurunkan semua
dagangannya. Setelah selesai dan bersiap untuk membayar jasa, sang sopir dengan
halus menolak pemberian itu. Dengan nada emosi, perempuan pedagang ini
mengatakan kepada sopir jip, apakah uang yang diberikannya kurang. Tetapi tanpa
berkata apapun sopir tersebut malah segera berlalu.
Seusai kejadian, seorang polisi
datang menghampiri dan bertanya kepada si perempuan pedagang : "Apakah
mbakyu tahu, siapa sopir tadi?"
“Sopir ya sopir. Aku ndak perlu
tahu namanya. Dasar sopir aneh," jawab perempuan pedagang beras dengan
nada emosi. "Kalau mbakyu belum tahu,
akan saya kasih tahu. Sopir tadi adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, raja di
Ngayogyakarta ini." jawab polisi. Seketika, perempuan pedagang
beras tersebut jatuh pingsan setelah mengetahui kalau sopir yang dimarahinya
karena menolak menerima uang imbalan dan membantunya menaikkan dan menurunkan
beras dagangan,
adalah rajanya sendiri! (Tahta Untuk Rakyat,
Atmakusumah (ed), 1982).
Kisah tersebut menggambarkan betapa Sultan Hamengku Buwono IX bukan saja
berpikir dan bertindak bagi utuhnya kesatuan bangsa. Dalam hal kecil, ia bahkan
melakukan perbuatan teladan berupa keharusan menyatunya seorang pemimpin dengan
rakyatnya.
Sultan Syarif Kasim II (1893-1968). Sultan Syarif Kasim II dinobatkan menjadi raja
Siak Indrapura pada tahun 1915 ketika berusia 21 tahun. Ia memiliki sikap bahwa
kerajaan Siak berkedudukan sejajar dengan Belanda. Berbagai kebijakan yang ia
lakukan pun kerap bertentangan dengan keinginan Belanda.
Ketika berita proklamasi kemerdekaan Indonesia
sampai ke Siak, Sultan Syarif Kasim II segera mengirim surat kepada
Soekarno-Hatta, menyatakan kesetiaan dan dukungan terhadap pemerintah RI serta
menyerahkan harta senilai 13 juta gulden untuk membantu perjuangan RI. Ini
adalah nilai uang yang sangat besar.Tahun 2014 kini saja angka tersebut setara
dengan Rp. 1,47 trilyun. Kesultanan Siak pada masa itu memang dikenal sebagai
kesultanan yang kaya.Tindak lanjut berikutnya, Sultan Syarif Kasim II membentuk
Komite Nasional Indonesia di Siak,
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Barisan Pemuda Republik. Ia juga
segera mengadakan rapat umum di istana serta mengibarkan bendera Merah-Putih, dan
mengajak raja-raja di Sumatera Timur lainnya agar turut memihak republik.
Saat revolusi kemerdekaan pecah, Sultan aktif mensuplai bahan makanan
untuk para laskar. Ia juga kembali menyerahkan kembali 30% harta kekayaannya
berupa emas kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bagi kepentingan perjuangan.
Ketika van Mook, Gubernur Jenderal de
facto. Hindia Belanda, mengangkatnya
sebagai “Sultan Boneka” Belanda, Sultan Syarif Kasim II tentu saja menolak. Ia
tetap memilih bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia.
Atas jasanya tersebut, Sultan Syarif Kasim II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.
Atas jasanya tersebut, Sultan Syarif Kasim II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.
3) Mewujudkan Integrasi Melalui Seni dan Sastra:
Ismail
Marzuki
Ismail Marzuki (1914–1958). Dilahirkan di Jakarta,
Ismail Marzuki memang berasal dari keluarga seniman. Di usia 17 tahun ia
berhasil mengarang lagu pertamanya, berjudul “O Sarinah”. Tahun 1936, Ismail
Marzuki masuk perkumpulan musik Lief Java
dan berkesempatan mengisi siaran musik di radio. Pada saat inilah ia mulai
menjauhkan diri dari lagu-lagu barat untuk kemudian menciptakan lagu-lagu
sendiri.
Lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki itu sangat
diwarnai oleh semangat kecintaannya terhadap tanah air. Latar belakang
keluarga, pendidikan dan pergaulannyalah yang menanamkan perasaan senasib dan
sepenanggungan terhadap penderitaan bangsanya. Ketika RRI dikuasai Belanda pada
tahun 1947 misalnya, Ismail Marzuki yang sebelumnya aktif
dalam orkes radio memutuskan keluar karena tidak
mau bekerja sama dengan Belanda. Ketika RRI kembali diambil alih republik, ia
baru mau kembali bekerja di sana.
Lagu-lagu Ismail Marzuki yang sarat dengan
nilai-nilai perjuangan yang menggugah rasa kecintaan terhadap tanah air dan
bangsa, antara lain “Rayuan Pulau Kelapa” (1944), “Halo-Halo Bandung” (1946)
yang diciptakan ketika terjadi peristiwa Bandung Lautan Api, “Selendang Sutera”
(1946) yang diciptakan pada saat revolusi kemerdekaan untuk membangkitkan
semangat juang pada waktu itu dan “Sepasang Mata Bola” (1946) yang
menggambarkan harapan rakyat untuk merdeka.
Meskipun memiliki fisik yang tidak terlalu sehat
karena memiliki penyakit TBC, Ismail Marzuki tetap bersemangat untuk terus
berjuang melalui seni. Hal ini menunjukkan betapa rasa cinta pada tanah air
begitu tertanam kuat dalam dirinya.
“Kalau hanya karena adanya darah
bangsawan mengalir dalam tubuhku sehingga saya harus meninggalkan partaiku dan
berhenti melakukan gerakanku, irislah dadaku dan keluarkanlah darah bangsawan
itu dari dalam tubuhku, supaya datu dan hadat tidak terhina kalau saya
diperlakukan tidak sepantasnya.”(Opu Daeng Risaju, Ketua PSII Palopo 1930)
Itulah penggalan kalimat yang
diucapkan Opu Daeng Risaju, seorang tokoh pejuang perempuan yang menjadi
pelopor gerakan Partai Sarikat Islam yang menentang kolonialisme Belanda waktu
itu, ketika Datu Luwu Andi Kambo membujuknya dengan berkata “Sebenarnya tidak
ada kepentingan kami mencampuri urusanmu, selain karena dalam tubuhmu mengalir
darah “kedatuan,” sehingga kalau engkau diperlakukan tidak sesuai dengan
martabat kebangsawananmu, kami dan para anggota Dewan Hadat pun turut terhina. Karena itu,
kasihanilah kami, tinggalkanlah partaimu itu!”(Mustari Busra, hal 133).
Namun Opu Daeng Risaju, rela menanggalkan gelar kebangsawanannya serta harus
dijebloskan kedalam penjara selama 3 bulan oleh Belanda dan harus bercerai
dengan suaminya yang tidak bisa menerima aktivitasnya. Semangat perlawanannya
untuk melihat rakyatnya keluar dari cengkraman penjajahan membuat dia rela mengorbankan
dirinya.
Nama kecil Opu Daeng Risaju adalah Famajjah. Ia dilahirkan di Palopo
pada tahun 1880, dari hasil perkawinan antara Opu Daeng Mawellu dengan Muhammad
Abdullah to Barengseng. Nama Opu menunjukkan gelar kebangsawanan di kerajaan
Luwu. Dengan demikian Opu Daeng Risaju merupakan keturunan dekat dari keluarga
Kerajaan Luwu. Sejak kecil, Opu Daeng Risaju tidak pernah memasuki pendidikan
Barat (Sekolah Umum), walaupun ia keluarga bangsawan. Boleh dikatakan, Opu
Daeng Risaju adalah seorang yang “buta huruf” latin, dia dapat membaca dengan
cara belajar sendiri yang dibimbing oleh saudaranya yang pernah mengikuti
sekolah umum.
Setelah dewasa Famajjah kemudian dinikahkan dengan H. Muhammad Daud,
seorang ulama yang pernah bermukim di Mekkah. Opu Daeng Risaju mulai aktif di
organisasi Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII) melalui perkenalannya dengan H.
Muhammad Yahya, seorang pedagang asal Sulawesi Selatan yang pernah lama
bermukim di Pulau Jawa. H. Muhammad Yahya sendiri mendirikan Cabang PSII di
Pare-Pare. Ketika pulang ke Palopo, Opu Daeng Risaju mendirikan cabang PSII di
Palopo. PSII cabang Palopo resmi dibentuk pada tanggal 14 Januari 1930 melalui
suatu rapat akbar yang bertempat di Pasar Lama Palopo (sekarang Jalan Landau).
Kegiatan Opu Daeng Risaju didengar oleh controleur afdeling Masamba (Malangke merupakan daerah afdeling Masamba). Controleur afdeling Masamba kemudian mendatangi kediaman Opu Daeng Risaju dan menuduh Opu Daeng Risaju melakukan tindakan menghasut rakyat atau menyebarkan kebencian di kalangan rakyat untuk membangkang terhadap pemerintah. Atas tuduhan tersebut, pemerintah kolonial Belanda menjatuhkan hukuman penjara kepada Opu Daeng Risaju selama 13 bulan. Hukuman penjara tersebut ternyata tidak membuat jera bagi Opu Daeng Risaju. Setelah keluar dari penjara Opu Daeng Risaju semakin aktif dalam menyebarkan PSII. Walaupun sudah mendapat tekanan yang sangat berat baik dari pihak kerajaan maupun pemerintah kolonial Belanda, Opu Daeng Risaju tidak menghentikan aktivitasnya. Dia mengikuti kegiatan dan perkembangan PSII baik di daerahnya maupun di tingkat nasional. Pada tahun 1933 Opu Daeng Risaju dengan biaya sendiri berangkat ke Jawa untuk mengikuti kegiatan Kongres PSII. Dia berangkat ke Jawa dengan biaya sendiri dengan cara menjual kekayaan yang ia miliki.
Kedatangan Opu Daeng Risaju ke Jawa ternyata menimbulkan sikap tidak senang dari pihak kerajaan. Opu Daeng Risaju kembali dipanggil oleh pihak kerajaan. Dia dianggap telah melakukan pelanggaran dengan melakukan kegiatan politik. Oleh anggota Dewan Hadat yang pro-Belanda, Opu Daeng Risaju dihadapkan pada pengadilan adat dan Opu Daeng Risaju dianggap melanggar hukum (Majulakkai Pabbatang). Anggota Dewan Hadat yang pro-Belanda menuntut agar Opu Daeng Risaju dijatuhi hukuman dibuang atau diselong. Akan tetapi Opu Balirante yang pernah membela Opu Daeng Risaju, menolak usul tersebut. Akhirnya Opu Daeng Risaju dijatuhi hukuman penjara selama empat belas bulan pada tahun 1934.
Pada masa pendudukan Jepang Opu Daeng Risaju tidak banyak melakukan kegiatan di PSII. Hal ini dikarenakan adanya larangan dari pemerintah pendudukan Jepang terhadap kegiatan politik Organisasi Pergerakan Kebangsaan, termasuk di dalamnya PSII. Opu Daeng Risaju kembali aktif pada masa revolusi. Pada masa revolusi di Luwu terjadi pemberontakan yang digerakkan oleh pemuda sebagai sikap penolakan terhadap kedatangan NICA di Sulawesi Selatan yang berkeinginan kembali menjajah Indonesia. Ia banyak melakukan mobilisasi terhadap pemuda dan memberikan doktrin perjuangan kepada pemuda. Tindakan Opu Daeng Risaju ini membuat NICA berupaya untuk menangkapnya. Opu Daeng Risaju ditangkap dalam persembunyiannya. Kemudian ia dibawa ke Watampone dengan cara berjalan kaki sepanjang 40 km. Opu Daeng Risaju ditahan di penjara Bone dalam satu bulan tanpa diadili kemudian dipindahkan ke penjara Sengkang dan dari sini dibawa ke Bajo.
Selama di penjara Opu Daeng mengalami penyiksaan yang kemudian berdampak pada pendengarannya, ia menjadi tuli seumur hidup. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Opu Daeng Risaju pindah ke Pare-Pare mengikuti anaknya Haji Abdul Kadir Daud yang waktu itu bertugas di Pare-Pare. Sejak tahun 1950 Opu Daeng Risaju tidak aktif lagi di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi itu. Pada tanggal 10 Februari 1964, Opu Daeng Risaju meninggal dunia. Beliau dimakamkan di pekuburan raja-raja Lokkoe di Palopo.
Kegiatan Opu Daeng Risaju didengar oleh controleur afdeling Masamba (Malangke merupakan daerah afdeling Masamba). Controleur afdeling Masamba kemudian mendatangi kediaman Opu Daeng Risaju dan menuduh Opu Daeng Risaju melakukan tindakan menghasut rakyat atau menyebarkan kebencian di kalangan rakyat untuk membangkang terhadap pemerintah. Atas tuduhan tersebut, pemerintah kolonial Belanda menjatuhkan hukuman penjara kepada Opu Daeng Risaju selama 13 bulan. Hukuman penjara tersebut ternyata tidak membuat jera bagi Opu Daeng Risaju. Setelah keluar dari penjara Opu Daeng Risaju semakin aktif dalam menyebarkan PSII. Walaupun sudah mendapat tekanan yang sangat berat baik dari pihak kerajaan maupun pemerintah kolonial Belanda, Opu Daeng Risaju tidak menghentikan aktivitasnya. Dia mengikuti kegiatan dan perkembangan PSII baik di daerahnya maupun di tingkat nasional. Pada tahun 1933 Opu Daeng Risaju dengan biaya sendiri berangkat ke Jawa untuk mengikuti kegiatan Kongres PSII. Dia berangkat ke Jawa dengan biaya sendiri dengan cara menjual kekayaan yang ia miliki.
Kedatangan Opu Daeng Risaju ke Jawa ternyata menimbulkan sikap tidak senang dari pihak kerajaan. Opu Daeng Risaju kembali dipanggil oleh pihak kerajaan. Dia dianggap telah melakukan pelanggaran dengan melakukan kegiatan politik. Oleh anggota Dewan Hadat yang pro-Belanda, Opu Daeng Risaju dihadapkan pada pengadilan adat dan Opu Daeng Risaju dianggap melanggar hukum (Majulakkai Pabbatang). Anggota Dewan Hadat yang pro-Belanda menuntut agar Opu Daeng Risaju dijatuhi hukuman dibuang atau diselong. Akan tetapi Opu Balirante yang pernah membela Opu Daeng Risaju, menolak usul tersebut. Akhirnya Opu Daeng Risaju dijatuhi hukuman penjara selama empat belas bulan pada tahun 1934.
Pada masa pendudukan Jepang Opu Daeng Risaju tidak banyak melakukan kegiatan di PSII. Hal ini dikarenakan adanya larangan dari pemerintah pendudukan Jepang terhadap kegiatan politik Organisasi Pergerakan Kebangsaan, termasuk di dalamnya PSII. Opu Daeng Risaju kembali aktif pada masa revolusi. Pada masa revolusi di Luwu terjadi pemberontakan yang digerakkan oleh pemuda sebagai sikap penolakan terhadap kedatangan NICA di Sulawesi Selatan yang berkeinginan kembali menjajah Indonesia. Ia banyak melakukan mobilisasi terhadap pemuda dan memberikan doktrin perjuangan kepada pemuda. Tindakan Opu Daeng Risaju ini membuat NICA berupaya untuk menangkapnya. Opu Daeng Risaju ditangkap dalam persembunyiannya. Kemudian ia dibawa ke Watampone dengan cara berjalan kaki sepanjang 40 km. Opu Daeng Risaju ditahan di penjara Bone dalam satu bulan tanpa diadili kemudian dipindahkan ke penjara Sengkang dan dari sini dibawa ke Bajo.
Selama di penjara Opu Daeng mengalami penyiksaan yang kemudian berdampak pada pendengarannya, ia menjadi tuli seumur hidup. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Opu Daeng Risaju pindah ke Pare-Pare mengikuti anaknya Haji Abdul Kadir Daud yang waktu itu bertugas di Pare-Pare. Sejak tahun 1950 Opu Daeng Risaju tidak aktif lagi di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi itu. Pada tanggal 10 Februari 1964, Opu Daeng Risaju meninggal dunia. Beliau dimakamkan di pekuburan raja-raja Lokkoe di Palopo.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagaimana perjuangan rakyat batak melawan penjajah
BalasHapusini sangat membantu sekali di kalangan pelajar
BalasHapusini sangat membantu sekali di kalangan pelajar
BalasHapussangat membantu pelajar untuk semakin mengerti nilai-nilai sejarahnya.
BalasHapusNama: Amalia putri swantika
BalasHapusKelas: Xll MIPA 4
Nama: AISYAH FAJRIYAH SALIM
BalasHapusKelas:XII IPS 3
Sangat membantu,penjelasan juga jelas
BalasHapusNama:Dita Surya elsani
Kelas:12 MIPA 1
Tp 2021/2022
Artikelnya cukup membantu
BalasHapusNama :Vini Arizkiyah
Kelas: XII MIPA 4
Artikel dan materi yang disampaikan sangat msmbantu dan mudah difahami:v
BalasHapusNama: M.Reza Ferdyanto
Kelas: 12 Mipa1
Absen: 17
Terimakasih untuk materinya pak
BalasHapusMama: Ajeng Septy Arini
Kelas : XII Mipa 1
Ini sangat membantu, penjelasan yang diberikan juga jelas dan mudah dipahami.
BalasHapusIni sangat membantu, penjelasan yang diberikan juga jelas dan mudah dipahami.
BalasHapusNama: Nur Fidya Putri
Kelas: XII IPS 1
Artikel dan materi yang disampaikan sangat membantu dan bisa difahami.
BalasHapusNama : Ni'matus Sholihah
Kelas : XII MIPA 3
Artikel dan Materi yang disampikan sangt membantu dan mudah difahami:v
BalasHapusNama: M.Reza Ferdyanto
Kelas: 12 Mipa1
Absen: 17
Tp 2021/2022
Sangat membantu dan mudah di pahami terimakasih^
BalasHapusMana : Aidda Fitriyah
Kelas : Xll mipa 1
Tambah ilmu lagi nih, terimakasih untuk materinya pak. :)
BalasHapusNama: Deby Febriana Mandagi (12)
Kelas: XII MIPA-2
Artikelnya sangat membantu dan mudah di fahami
BalasHapusNama: Amalia putri swantika
Kelas: XII MIPA 4
Materi ini sangat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan.
BalasHapusTerima Kasih Pak.
Nama : YENNI WULANDARI
Kelas: XII MIPA 3
Materi mudah untuk difahami.
BalasHapusNama : Berliana Nichlah Diah Ayu Putri (11)
Kelas : XII MIPA-2
Tp. 21/22
Mudah untuk di fahami dan sangat membantu
BalasHapusNama:indah dwita p l
Kls: Xll MIPA 1
Artikelnya sangat memberi wawasan dan informasi yang sangat dibutuhkan oleh para anak muda dan para pelajar hingga mereka tidak akan lupa perihal sejarah masa lalu yang terjadi terdahulu
BalasHapusNama: SYAQILAH TUS Zakariyah
Kelas: XIlmipa6
Materi yang sangat dibutuhkan disaat belajar. Karena lebih mudah untuk dipahami dan direkap Oleh otak.
BalasHapusNama : imelin Wietry Wigaty (20)
Kelas : XII- Mipa4
Artikel dan materinya sangat membantu, penjelasan jg jelas dan mudah difahami.
BalasHapusNama : Nadilah Dita Sari
Kelas : XII Mipa1
Terimakasih untuk materinya pak, artikel ini sangat membantu, mudah dipahami
BalasHapusNama: Rika setiawati
Kelas XII MIPA 1
Absen 26
(TP 2021-2022)
HapusTerimakasih Tuk Pemateriannya
BalasHapusNAMA : MUHAMMAD ALEX ASHARI
KELAS : XII MIPA 6 (TP 2021-2022)
ABSEN :15
Artikel yang terkait dalam penjelasan ini, sangat mudah dipahami serta menambah wawasan ilmu pengetahuan.
BalasHapusNama: Eva Noviana
Kelas: XII IPS 1
Menambah ilmu, terimakasih artikel ini sangat membantu dan mudah untuk difahami.
BalasHapusNama: Oktafia Faridatul warda
Kelas: XII MIPA 5
Absen: 23
Nama: Putri Rahayu
HapusKelas : XII IPS 3
Absen : 19
Artikel dan materinya sangat membantu,mudah difahami dan menambah wawasan pengetahuan juga
BalasHapusTerimakasih Pak
Nama : Rury Mukhlishotun Nisa'
Kelas : XII MIPA 3
Materi yang ada pada artikel menggunakan bahasa yang mudah untuk difahami,sehingga memudahkan saat mempelajari materi ini.
BalasHapusNama :Firda Nur Aini
Kelas:XII MIPA 2
Absen:16
Artikel cukup membantu , terimakasih banyak pemateri
BalasHapusTerimakasih materinya pak.
BalasHapusNama:Ubay putra Rhomadon
Kelas:XII IPA 5
absen:29
Artikel cukup membantu saya , terimakasih banyak pemateri
BalasHapusNama : Alisa Salsabillah Ahmad
Kelas: XII Mipa 2
Absen: 05
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMateri yang diberikan sangat jelas dan sehingga dapat mudah dipahami
HapusNAMA:SISILIA TRI UTAMI
KELAS:XII MIPA 1
NO ABSEN:32
TP:2021/2022
artikel ini sangat membantu para pelajar terutama dalam wawasan kebangsaan dan sejarah bangsa, ditulis dalam kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan penulisannya sangat rapi sehingga mempermudah untuk dipahami, karena ada perbedaan antara judul dan sub-judul. materi yang disampaikan sendiri sangat lengkap, menambah wawasan serta ilmu baru, sehingga website dan artikel ini layak untuk dijadikan referensi belajar. terimakasih banyak untuk artikel dan ilmunya, Pak! semoga dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya para pelajar Indonesia.
BalasHapusnama : Arighy Zahirah Faiqy Devara
kelas : XII MIPA-2
nomor absen : 10
tp : 2021/2022
Sangat membantu saya memahami materi, terimakasih banyak
BalasHapusNama : Eka Yunizar Zaimatus Sa'diyah
Kelas : XII IPA 1
TP : 2021/2022
Artikel dan meterinya yang disampaikan sangat membantu dan mudah dipahami. Terima kasih atas materinya.
BalasHapusNama:Vivi Rosita
Kelas:XII MIPA 6
Absen:28
Artikel cukup membantu saya , terimakasih banyak
BalasHapusNama: Dadang s
Kelas:XII MIPA 4
Absen:10
Materi yang ada pada artikel sangat membantu dan mudah difahami untuk belajar pada masa pandemi ini, terimakasih
BalasHapusNama : Eva Choirun Nisa
Kelas : XII MIPA 3
Absen : 08
Terimakasih untuk materinya pak :), Artikel dan materinya sangat membantu, penjelasan juga jelas mudah dipahami dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
BalasHapusNAMA : HIDAYATUL ISTIQOMAH
KELAS : XII MIPA-1
ABSEN : 12
TP :2021/2022
Materi diatas mengandung isi yang cukup mudah untuk dipahami, terimakasih.
BalasHapusNama: Awaliyah Nur M.
Kelas Xll MIPA 1
Absen:7
Artikel ini sangat membantu bagi para pelajar, bahasa yang digunakan juga cukup mudah dipahami, terimakasih banyak Pak!
BalasHapusNama: Eliyah Fitri Amanda R.
Kelas:XII Mipa 3
Absen:06
TP: 2021/2022
Materi yang diberikan secara baik, jelas dan mudah untuk dipahami, terimakasih
BalasHapusNama: Ahmad Hanif A.A
Kelas: Xll MIPA 1
Absen: 2
Materinya sangat jelas dan juga rinci sehingga membuat saya lebih paham.
BalasHapusTerimakasih pak
Nama: Nazwa Putri Emilia
Kelas: XII IPA 1
To:2021/2022
Artikel diatas sangat membantu sekali,dan ceritanya mudah dipahami terima kasih.
BalasHapusNama :Intan septiningrum
Kelas :XII Mipa 5
Absen :14
Tp :2021/2022
Materinya sangat membantu Dan mudah dipahami,,Terimakasih banyak Pak
BalasHapusNama: Rindiana putri ramadhani
Kelas :XII MIPA 5
Absen: 27
Artikelnya sangat membantu bahasanya mudah di pahami terima kasih pak
BalasHapusNama: puspita addellea c
Kelas:XII mipa 3
Absen:22
Tp:2021/2022
Ini sangat membantu, penjelasan yang diberikan juga jelas dan mudah dipahami.
BalasHapusNama: Hidayatus syifa
Kelas: XII IPS 1
Balas
Nama:Selvi dwi safitri
BalasHapuskelas:XII IPS 3
Terimakasih atas materi ya pak
BalasHapusNama : Wahyu Wulansari
Kelas : XII MIPA 3
good
BalasHapusNAMA: Ayu Vita Anisa
KLS :XII MIPA 4
Sangat Membantu
BalasHapusNama : maulia Mei srikayanti
Kelas : XII mipa 3
Materinya sangat membantu dan mudah untuk dipahami, penjelasan yang diberikan juga disampaikan dengan jelas, Terima kasih banyak pak.
BalasHapusNAMA : NIKEN HERAWATI
KELAS : XII MIPA 5
NO.ABSEN: 20
TP : 2021/2022
Materinya sangat jelas dan mudah difahami
BalasHapusDan menambah wawasan sangat membantu
Nama: mushonef jilani
Kelas:XII MIPA 1
No absen:19
Terimakasih kasih untuk materinya pak, materi ini sangat bermanfaat dan membantu
BalasHapusNama: Niken Febi Armelina
Kelas: XII-MIPA 1
Tp: 2021/2022
Artikel ini sangat membantu terutama bagi kami para pelajar, karena di dalamnya memuat informasi sejarah yang jelas dan terperinci sehingga dapat memberikan prngetahuan baru bagi kami yang membacanya, Terima kasih banyak atas ilmunya Pak.
BalasHapusNama : Alviana Imron Nur Halizah
Kelas : XII Mipa 2
Materi yang disajikan dalam artikel ini sangat membantu para pelajar untuk memahami bab tentang "Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa". Disajikan dalam tata bahasa yang baik dan susunan artikel yang teratur, terdiri atas judul dan sub-judul sebagai pembatas antara topik yang satu dengan yang lain sehingga lebih mudah untuk dipahami. Materi yang disajikan juga sangat lengkap dan saya rasa artikel ini sangat layak untuk dijadikan referensi media pembelajaran bagi para siswa. Terimakasih atas materi yang disampaikan, dan semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi khalayak ramai.
BalasHapusNama: Yuanita Puspa Anggraeni
Kelas: XII IPA-2
No.abs: 29
Tp: 2021/2022
Terimakasih artikel ini sangat membantu dan sangat mudah dimengerti
BalasHapusNama: mushonef jilani
Kelas:XII MIPA 1
NO absen :19
Terimakasih artikel ini cocok untuk pelajar
BalasHapusNama:Siti Rohma Agustina Dwi Erlina
Kelas:XII MIPA 3
No Absen:27
Terima kasih atas materi dan artikelnya yang sangat membantu, bahasa dan penjelasannya juga sangat mudah untuk dipahami.
BalasHapusNama:Anis Mufarrohah
Kelas:XII MIPA-5
No absen:03
TP:2021/2022
Dengan mempelajari perjuangan menghadapi ancaman disintegrasi bangsa, saya memahami bahwa berbagai perjuangan para pahlawan yang begitu sengit di dalamnya tentu dapat kita ambil pelajarannya dan dikaitkan dengan masa sakarang. Karena sebagai generasi muda untuk mempelajari masa lampau/sejarah yang terjadi di Indonesia merupakan hal yang penting, memilah" hal baik yang bisa dijadikan motivasi diri untuk menjadi generasi yang berpikir kritis dan peduli dengan isu" yang terjadi di lingkungan sekitar. Terimakasih Pak atas materinya, sangat membantu.
BalasHapusNama : Fisiana Avinda Karen Pramudita
Kelas : XII MIPA-2
TP. 2021/2022
Terimakasih artikel ini sangat mudah di fahami
BalasHapusNama:della puspita
Kelas:XII MIPA 5
No absen:9
artikel sangat mudah dipahami dan dipelajari
HapusNama: Nabila maysa mawarni
Kelas:XII MIPA 5
No Abs:19
Artikelnya mudah di fahami dan sangat membantu,khususnya bagi para pelajar.
BalasHapusNama:khozinatul inayah
Kelas:XII MIPA 1
No absen:15
TP.2021/2022
Mudah dipahami pak terima kasih
BalasHapusNama : Mochammad Tegar Bhayangkara
Kelas: XII MIPA 5
Terimakasih untuk materinya pak :), Artikel dan materinya sangat membantu, penjelasan juga jelas mudah dipahami dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
BalasHapusNAMA : Iffatun naziyah
KELAS : XII MIPA-5
ABSEN : 13
TP :2021/2022
Materi ini sangat membantu dan memudahkan kita untuk belajar daring.
BalasHapusNama : Agus nur s
Kls :XII MIPA 6
No absen :2
TP.2021/2022
Terimah kasih pak, materinya sangat mudah di pahami dan membantu pelajar agar lebih mudah untuk mengerjakan tugas dari bapak
BalasHapusNama: Devin Augustin Nuriyah Rahayu
Kelas: XII MIPA 4
Alhamdulillah menambah wawasan
BalasHapusNama : Moh. Wahyu Ady Putra
Kelas : XII MIPA 3
Absen : 17
TP : 2021/2022
Artikel ini sangat membantu dalam memahami pelajaran karena materinya yang rinci dan jelas. Terima kasih
BalasHapusNama : Adinda Ayu Hudiyana Zamil
Kelas : XII MIPA 2
No.Absen : 2
TP : 2021/2022
Artikelnya sangat membantu, terimakasih
BalasHapusNama : Indriyanti Abshari Maharani
Kelas : XII MIPA 1
Absen : 14
Terimakasih atas materinya, pak. Materi ini dapat membantu saya dalam menambah wawasan tentang sejarah dan dapat memudahkan saya untuk mengerjakan tugas dari bapak.
BalasHapusNama : Endang Sinttiya Dewi
Kelas : XII MIPA 3
No. Absen : 07
TP. 2021/2022
Nama:Satya adhitama f
BalasHapusKelas:XII MIPA 1
No absen:31
Nama:Annisa Putri Fitriani
BalasHapusKelas:XII MIPA 5
No absen:04
Artikel dan materi ini sangat mudah dipahami
BalasHapusNama : Fatimatus sholihah
Kelas: XII MIPA 5
TP. 2021-2022
Sangat membantu,terima kasih
BalasHapusNama:Rheza aryuda wahyu hidayat
Kelas:XII mipa 5
TP:2021/2022
Nama: Ainiyah Nur Maulidatun Nisa'
BalasHapusKelas: XII MIPA 1
TP: 2021-2022
Artikel ini sangat membantu saya dalam pelajaran ini. Apalagi dengan situasi dan kondisi yang tidak memungkin kan untuk bertatap muka. Materi yang diberikan pun sangat jelas dan mudah di pahami. Terima kasih atas materinya semoga dapat bermanfaat bagi yang lainya juga.
BalasHapusNama : Tania Agista Maulud Diani
Kelas : XII MIPA 2
No.Abs : 28
TP : 2021/2022
Artikel yang seperti sangat membantu bagi saya,materinya juga mudah dipahami.
BalasHapusNama:Amelia Inka Putri
Kelas: XII MIPA 2
No. Abs:9
Nama: Ainiyah Nur Maulidatun Nisa'
BalasHapusKelas: XII MIPA 1
No.Abs: 04
TP: 2021-2022
Artikel yang sangat detail dan mudah dipahami bagi pelajar
BalasHapusNAMA = DEVI NOFITA SARI
JELAS = XII MIPA 4
NO.ABSEN = 11
TP =2021/2022
Artikel ini sangat bermanfaat sekali bagi kami para pelajar, di dalamnya terdapat materi perjuangan menghadapi ancaman disintegrasi bangsa yang dapat memudahkan sekali untuk memahami tentang sejarah terjadinya peristiwa pergolakan yang pernah terjadi di dalam negeri (Indonesia). Dari artikel ini kami bisa mengetahui bermacam macam pergolakan yang berkaitan dengan ideologi, kepentingan dan juga sistem pemerintahan serta alasan yang melatarbelakangi peristiwa pergolakan tersebut. Selain itu, dari sejarah perjuangan ancaman disintegrasi bangsa ini patutnya kita harus sadar betapa pentingnya integrasi bangsa serta bisa mengambil hikmah, pelajaran serta teladan dari para tokoh bangsa yang telah berjuang mempertahankan integrasi bangsa saat itu. Kita pun bisa ikut andil mempertahankan integrasi bangsa dengan cara kita sendiri di masa sekarang, Semangattt!!^_^
BalasHapusTerimakasih atas materinya, Pak🖤😉
Nama : Amanda Isna Nur Satifah Rohim
Kelas : XII MIPA 2
No.Absen: 07
TP : 2021/2022
Sangat membantu,penjelasan juga jelas
BalasHapusNAMA: CINDY NUR AFIFAH
KELAS:12 MIPA 5
NO ABSEN:8
Tp 2021/2022
Terima kasih pak untuk materinya sangat bermanfaat dan menambah wawasan
BalasHapusNama : Dimas Rivaldo Anggario Amar
Kelas : XII-Mipa 1
No.absen :08
Tp :2021/2022
Artikel diatas sangat membantu karna didalamnya berisi tentang perjuangan menghadapi disintegrasi bangsa. Dan para siswa dapat memahami dan mempunyai leluasa tanteng sejarah indonesi, sangat membantu sekali.
BalasHapusTerima kasih pak
Nama: Merlina Putri Anggraini
Kelas XII Mipa 1
No.Absen:18
TP:2022/2022
Artikel dan meterinya yang disampaikan sangat membantu dan mudah dipahami. Terima kasih atas materinya.
BalasHapusnama:masayu anastasya
kelas: xii mipa 6
no.absen: 13
to: 2021/2022
Artikel diatas sangat membantu karna didalamnya berisi tentang perjuangan menghadapi disintegrasi bangsa. Dan para siswa dapat memahami dan mempunyai leluasa tanteng sejarah indonesi, sangat membantu sekali.
BalasHapusTerima kasih pak
NAMA = AINUR RHOMAH
KELAS = XII MIPA 4
NO ABSEN = 04
TP = 2021/2022
Artikel ini sangat membantu mempelajari karena materinya yang jelas dan mudah di pahami.. terimakasih
BalasHapusNama= WIDIASARI
Kelas=XII Mipa 5
No Absen=31
TP=2021/2022
Artikel ini sangat membantu dan mudah dipahami.
BalasHapusNama: Izzatul aurida
Kelas: XII MIPA 4
NO.Absen: 21
TP:2021/2022
Artikel ini sangat jelas dan sangat membantu serta mudah dipahami, terima kasih..
BalasHapusNama: Ayum Ely Acicha
Kelas: XII-MIPA 4
No Absen: 09
TP: 2021/2022
Atikelnya sangat membantu,mudah dipahami
BalasHapusNama:HENI PUTRI AYU I
kelas:XII MIPA 5
No. Absen:11
Tp:2021/2022
Artikelnya sangat membantu dan mudah untuk di pahami
BalasHapusNama: ulfiyatin Damayanti
Kelas:Xll MIPA6
Nomer absen : 27
TP: 2021/2022
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih banget pak atas artikel ini. Artikel ini sangat bermanfaat bagi saya terutama di kondisi seperti ini sebab walau kondisi seperti saya pribadi tetap bisa menambah wawasan tentang sejarah indonesia. Terima kasih sekali lagi pak buat materinya yang mudah di pahami.
BalasHapusNama : Linda Dwi Rahmawati
Kelas : XII MIPA2
No.absen : 19
Tp : 2021/2022
Artikel ini sangat membantu untuk lebih mengetahui sejarah. Di era tersebut juga terdapat tokoh cerdas yang berseteru memperjuangkan kemerdekaan yakni Bapak Tjokroaminoto. Beliau orang berpendidikan yang berpegang teguh pada prinsip "HIJRAH" nya tersebut. Setelah wafat impian beliau dilanjut oleh sang murid yakni Koesno atau yang lebih dikenal sebagai Pak Soekarno hingga kejayaan Indonesia merdeka.
BalasHapusNama : Yuslif Lazward Irchami
Kelas : XII MIPA 3
No. Absen : 32
TP : 2021/2022
Artikel ini sangat membantu terutama bagi kami para pelajar, karena di dalamnya memuat informasi sejarah yang jelas dan terperinci sehingga dapat memberikan prngetahuan baru bagi kami yang membacanya, Terima kasih banyak atas ilmunya Pak.
BalasHapusNama:Putri Eka Febriana
Kelas :12mipa4
No absen:29
Artikel ini sangat membantu terutama bagi kami para pelajar, karena di dalamnya memuat informasi sejarah yang jelas dan terperinci sehingga dapat memberikan prngetahuan baru bagi kami yang membacanya, Terima kasih banyak atas ilmunya Pak.
BalasHapusNama: Putri Eka
Kelas: 12 MIPA 4
No absen :29
TP:21/22
Artikel ini sangat membantu dan mudah dipahami. Terimakasih
BalasHapusNama :Siti nur azizah
Kelas :12 ips 3
No absen: 23
Tp:21/22
artikel ini sangat membatu saya atau pun untuk para pelajar yang sedang belajar daring dikarenakan dapat memberikan informasi tentang sejarah dan dapat menambah wawasan akan ilmu sejarah. terima kasih atas artikel yang diberikan pak ini sangat bermanfaat dalam pemahaman sejarah. mudah"an kita semua selalu diberikan keshatan.🙂
BalasHapusNAMA : ALYA ROHIMA
KELAS : 12 MIPA 4
NO ABSEN : 05
TP: 2021/ 2022
Artikel ini sangat membantu materinya juga lengkap dan mudah dipahami. Dan juga dapat mempermudah para siswa dalam belajar daring. Terimakasih pak
BalasHapusArtikel ini sangat membantu materinya juga lengkap dan mudah dipahami. Dan juga dapat mempermudah para siswa dalam belajar daring. Terimakasih pak
HapusNAMA: SITI MUAWANAH
KELAS:12 MIPA 2
NO ABSEN: 27
TP: 2021/2022
Artikelnya Sangat membantu dan mudah untuk dipahami dalam belajar sejarah Indonesia. Terimakasih:)
BalasHapusArtikelnya Sangat membantu dan mudah untuk dipahami dalam belajar sejarah Indonesia. Terimakasih:)
HapusNama : Nevys Aulia Safitri
Kelas : XII MIPA 4
No. Absen : 28
T/P : 2021/2022
artikel ini sangat membantu dalam proses belajar siswa. mudah dipahami dan juga lengkap. terimakasih telah memberi artikel yg sangat bermanfaat.
BalasHapusNama : FRISKA DWI JAYANTI
Kelas : XII - MIPA 4
No. Absen : 19
TP : 2021/2022
Dari artikel ini saya bisa menarik kesimpulan bahwa untuk memperjuangkan dan membela negara sangat penting untuk dilakukan diera / zaman sekarang. Dari mulai permasalahan disintegrasi propaganda,paradikma yang berbeda-beda sehingga saya pribadi lebih banyak banyak belajar di bangsa kita sendiri.seperti halnya pada artikel diatas yang membahas tentang disintegrasi, saya bisa memetik sebuah arti dari"tanhanadarmamangrua"yang bermaksud berbeda beda tetapi tetap satu jua untuk saya jadikan patokan dalam memperjuangkan bangsa Indonesia.sekian terima kasih):
BalasHapusNama: rizky Adhitya Maulana Pratama
Kelas:XII MIPA 1
absen:29
T/P:2021/2022
Artikel ini sangat membantu materinya juga lengkap dan mudah dipahami. Dan juga dapat mempermudah para siswa dalam belajar daring. Terimakasih pak
BalasHapusNama:Ghuffridah Maghfirotin Dwi Ayuni
Kelas:XII MIPA 1
No. Absen:11
Tp:2021/2022
Artikel ini sangat membantu dan mudah dipahami dan didalam nya memberikan informasi tentang sejarah, serta mudah untuk dipahami.
BalasHapusTerimakasih 🙂
Nama: Geby nur faizah
Kelas:12 MIPA 3
Nok.Absen: 11
T/P: 2021/2022
Artikel dan materi yang disampaikan sangat membantu dan mudah untuk difahami.
BalasHapusNama: M. Fajrin agus dwi saputra mulyaman
Kelas: 12 mipa 4
No Absen: 23
T/P: 2021/2022
Artikel ini sangat jelas dan sangat membantu serta mudah dipahami, terima kasih..
BalasHapusNama: Rizkya Nur Syafitri
Kelas: XII-MIPA 4
No Absen: 30
TP: 2021/2022
Artikel ini sangat membantu dan mudah difahami
BalasHapusNAMA: Putri Nur Laili
KELAS: 12 IPS 3
NO.ABSEN: 18
T/P:2021/2022
Dengan adanya artikel ini kami para siswa semakin mudah mempelajari BAB "Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa" Yang didalamnya lengkap terdapat penjelasan dan topik-topik penting untuk menambah wawasan para siswa, semoga blogger senantiasa dalam lindungan Allah. Terimakasih sukses selalu :) 👍
BalasHapusNAMA : RIZKI SRI LESTARI
KELAS : XII-MIPA 1
NO. ABSEN : 28
Dari artikel ini saya jadi belajar ilmu baru yang saya belum tahu sebelumnya. Artikel yang sangat bermanfaat dan membantu pembelajaran😍
BalasHapusNama: Dwi Susanti
Kelas : 12 MIPA 6
2021/2022
Sgt membantu
BalasHapusNama:Dhea Putri S
Kls: 12 MIPA 4
TP 21/22
Artikel ini sangat membantu bagi kita yang sedang belajar daring
BalasHapusNama:Ardila sherly pranomo
Kelas:12 mipa6
Nomer absen:05
Dengan adanya artikel ini sangat memudahkan para pelajar untuk mempelajari ilmu yg pastinya sangat di butuhkan oleh generasi muda terutama yang peduli akan sejarah bangsa ini, dengan pengetahuan baru ini para pemuda utamanya para pelajar menjadi paham akan peristiwa bersejarah dan hal yang melatarbelakangi peristiwa tersebut yg ada sebelum kami lahir, dan kami para pelajar pun kelak bisa menyalurkan informasi ini kepada anak cucu kita kelak agar mereka juga paham bagaimana perjuangan para sesepuh mereka.
BalasHapusTerima kasih sekali pak sudah di share ilmu ini, dengan ini ilmu yg kami miliki pun bertambah dan semakin mengenal hiruk pikuk bangsa kita😊🙏🏻
Dengan adanya artikel ini sangat memudahkan para pelajar untuk mempelajari ilmu yg pastinya sangat di butuhkan oleh generasi muda terutama yang peduli akan sejarah bangsa ini, dengan pengetahuan baru ini para pemuda utamanya para pelajar menjadi paham akan peristiwa bersejarah dan hal yang melatarbelakangi peristiwa tersebut yg ada sebelum kami lahir, dan kami para pelajar pun kelak bisa menyalurkan informasi ini kepada anak cucu kita kelak agar mereka juga paham bagaimana perjuangan para sesepuh mereka.
BalasHapusTerima kasih sekali pak sudah di share ilmu ini, dengan ini ilmu yg kami miliki pun bertambah dan semakin mengenal hiruk pikuk bangsa kita😊🙏🏻
NAMA: RATIH NOVALIA
KELAS:XII MIPA 2
NO ABSEN: 22
TP: 2021/2022
Artikel ini sangat membantu dan mudah dipahami
BalasHapusNama: SILVI NUR ARDIYANTI
KELAS:XII MIPA 6
TP:2021/2022
Artikelnya Sangat membantu dan mudah untuk dipahami dalam belajar sejarah Indonesia. Terimakasih:)
BalasHapusNama:m.frengky ardiawan
Kelas:XII mipa 4
No absen:27
Tp:2021/2022
Artikel ini membantu saya untuk memahami materi tentang ancaman menghadapi disintegrasi bangsa dan memudahkan saya untuk pembelajaran daring ini
BalasHapusTerima kasih pak
Nama:Dhimas ragil abrori
Kelas:XII Mipa 4
No.Absen:15
TP:2021/2022
Artikel ini sangat membantu dan mudah dipahami
BalasHapusNama:M Dicky pramuditya
Kelas: XII IPS 2
TP:2021/2022
Artikel ini sangat membantu materinya juga lengkap dan mudah dipahami. Dan juga dapat mempermudah para siswa dalam belajar daring. Terimakasih
BalasHapusNAMA: NISFI LAILATUS SYA'ABNI
KELAS:XII MIPA 5
NO ABSEN: 21
TP: 2021/2022
Artikel ini membantu saya untuk memahami materi tentang ancaman menghadapi disintegrasi bangsa dan memudahkan saya untuk pembelajaran daring ini
BalasHapusTerima kasih pak
Nama:Rico prima Oktavian
Kelas:XII Mipa 2
No.Absen:24
TP:2021/2022
Artikel yang mudah untuk dipahami pak terimakasih.
BalasHapusNama : Rohmat Triono
Kelas : XII Mipa 2
TP : 2021/2022
Artikel dan materi ini sangat membantu dan mudah untuk difahami
BalasHapusNama:M.Najih Miftahul J.
Kelas:12 Mipa 4
No.Absen:25
TP:2021/2022
Artikelnya sangat panjang. Mudah untuk difahami dan sangat membantu. Terimakasih Pak
BalasHapusNama :Yulia Retno Agustin
Kelas:XII MIPA 2
TP. :2021/2022
Artikel ini membantu saya untuk memahami materi tentang ancaman menghadapi disintegrasi bangsa dan memudahkan saya untuk pembelajaran daring ini
BalasHapusTerima kasih pak
Nama:Muhammad Elan Mahmud
Kelas:XII Mipa 2
No.Absen:20
TP:2021/2022
Terima Kasih pak!,sangat membantu sekali.Dan sangat bermanfaat bagi para pelajar.
BalasHapusNama:Nabila Ulya Amalia
Kelas:XII IPS 2
Absen:22
TP:2021/2022
Artikel ini sangat jelas dan mudah dipahami serta sangat membantu proses belajar daring dalam kondisi sekarang ini. Terimakasihh!
BalasHapusNama: Annisa Fibria Nindya
Kelas: XII IPS 2
No.absen: 07
Tp: 2021/2022
Terimakasih tambahan ilmunya,ini sangat membantu
BalasHapusNAMA: SAFIRA WULAN FEBRIANTI
KELAS: XII IPS 1
NO. ABSEN: 19
TP: 2021/2022
Assalamualaikum pak,artikel ini sangat jelas dan mudah dipahamim serta membantu proses bljr dalam kondisi covid 19sekarang ini.Trimakasih
BalasHapusNama:laydia Ainur rosydah
Kls:Xll IPS 2
Absen:13
TP:2020/2022
Artikel web ini membantu saya dalam mempelajari ancaman disentegrasi negara
BalasHapusTerimakasih pak
Nama: Afifah Rachmalia A
Kelas: XII Mipa 2
Absen: 03
Artikelnya sangat membantu, terima kasih
BalasHapusNama:pipit oktafia
Kelas:x11 mipa 5
Absen:24
Penjelasan materi dalam artikelnya mudah untuk dipahami, terimakasih pak.
BalasHapusNama: Ratri Wijayanti
Kelas: XII MIPA 2
Absen: 23
Terima kasih atas ilmunya ini sangat membantu
BalasHapusNama:Siti Asifa'ur Rahmah
Kelas:XIImipa 3
Absen:26
Terimakasih,Menurut saya, artikel di atas mengandung isi yang sangat bermanfaat. Penulis mampu menjelaskan secara baik mengenai Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
BalasHapusNama : DIAS SYAIFULLAH
Kelas : XII IPS 2
Absen : 09
Artikelnya sangat membantu, terima kasih
BalasHapusNama:ahmad alif Yudha pratama
Kelas:x11 ips 2
Absen:2
Artikel ini sangat membantu terutama bagi kami para pelajar, karena di dalamnya memuat informasi sejarah yang jelas dan terperinci sehingga dapat memberikan prngetahuan baru bagi kami yang membacanya, Terima kasih banyak atas ilmunya Pak.
BalasHapusNama: AMEL YOSI BUDI PRASTIKA
No.Absen:8
Kelas:XII MIPA 2
TP:2021/2022
Artikel yg sangat membantu,terimakasih
BalasHapusNama:Rahmat Maliki
No.absen :23
Kelas XII MIPA 3
Terima kasih atas ilmunya ini sangat membantu
BalasHapusTerimakasih.
BalasHapusNama : M. ANVIO DJUL CAHYONO ISSUDY
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 13
Trimakasi
BalasHapusNama:abdul jabbar nw
Kelaa:XII MIPA 3
Apaenai:01
Artikel ini sangat membantu dengan penjabaran materi yang lengkap dan bahasa yang mudah dimengerti sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memahami materi tsb
BalasHapusNama : Nancy Afresya
Kelas: XII IPS 1
Absen: 15
Terimakasih atas materinya
BalasHapusNama:Revaldo Dwi Cahyo
Kelas:XII MIPA1
Artikelnya sangat mudah difahami
BalasHapusNama : Ahmad Rendi Alfito
Kelas : XII - MIPA 6
Makasih pak artikelnya sangat bagus dan mudah untuk difahami, sangat membantu pokoknya
BalasHapusNama : MAKRUS MUKTAMAR
Kelas : XII MIPA 6
Artikel nya bagus mudah dipahami sekian terima kasih
BalasHapusNama:Arya Bagus Damarjati
Absen:16
Kelas:XII-MIPA5
Terimakasih atas materinya
BalasHapusNama: Selvi Dwi Rochma
Kelas: Xll IPS 1
Absen: 20
Terimakasih atas materinyaaa
BalasHapusNama: putri Mukminah Izzatul Jannah
Kelas:XII IPS 1
Absen:18
artikel ini sangat membantu dan mudah sekali di pahami sehingga sangat bermanfaat untuk para pelajar seperti saya
BalasHapusterimakasih pak
nama:atania bintan zakiya
kelas:Xll ips 1
absen:04
sangat membantu pak, terima kasih
BalasHapusNama : Arin septia wahyu lestari
Kelas : XII MIPA 3
Absen : 4
Artikelnya sangat mudah difahami
BalasHapusNama:Luk Luk atul masluhah
Kelas:Xll MIPA 5
Absen:15
Artikel ini sangat lengkap dan mudah di pahami terimakasih
BalasHapusNama : Melly Tria H.k
Absen : 10
Artikelnya sangat bagus dan mudah dipahami.Terima kasih Pak
BalasHapusNama: Hamzah Syahputra
Kelas:XII MIPA2
Absen:18
Artikelnya sangat membantu pak, terima kasih
BalasHapusNama : Anita Firdasari
Kelas :XII IPS 1
Absen : 02
Artikel ini Mudah dimengerti dan juga dipahami
BalasHapusArtikelnya sangat membantu dan mudah di pahami pak, terima kasih
BalasHapusNama : ahkmat alfiyanto
Kelas:x MIPA 4
Absen:03
Artikel sangat bermanfaat
BalasHapusNama:zul kifli abas
Kelas:XII IPS 3
Absen:26
Artikel Sangat bermanfaat terimakasih pak
BalasHapusNama:tru sandy septian
Kelas:XII mipa 5
Artikel ini sangat membantu saya dalam pelajaran ini. Apalagi dengan situasi dan kondisi yang tidak memungkin kan untuk bertatap muka. Materi yang diberikan pun sangat jelas dan mudah di pahami. Terima kasih atas materinya semoga dapat bermanfaat bagi yang lainya juga.
BalasHapusNama : WAHYU DWI RAMADHAN
Kelas : XII MIPA 5
No.Abs : 30
TP : 2021/2022
Terimakasih.
BalasHapusNama:Moh.Yusron Afandi
Kelas:XII MIPA 3
absen:16
Sangat bermanfaat artikel nya,Terima kasih pak
BalasHapusNama:rheza aryuda wahyu hidayat
Kelas:XII mipa 5
Tp:2021/2022
Artikel bagus dan bermanfaat bagi kita murid" bapak suwandi
BalasHapusNama:Ahmad Azizul Hakim
Kelas:XII mipa 6
Absen:03
Artikel diatas sangat jelas dan bermanfaat untuk dipelajari
BalasHapusNama: Oktavia Ning Asih
Kelas: XII IPS 1
Absen: 17
Artikel mudah dicerna dan dipahami .
BalasHapusnama: arisko firza renaldi
kelas: XII mipa 1
absen:06
Artikelnya mudah dipahami, sangat bermanfaat bagi saya.
BalasHapusNama: Semiyaroh
Kelas: XII MIPA 2
Absen: 26
Artikel di atas sangat mudah untuk saya pahami dan bermanfaat sekali
BalasHapusNama : felya wardatul firdaus
Kelas: xII ips 2
Absen: 11
Artikel nya sangat membantu dan mudah untuk di pahami,terimakasih.
BalasHapusNama :Setiyawati
Kelas:XII IPS 1
TP :2021/2022
Artikelnya sangat membantu dan mudah difahami. Terima kasih
BalasHapusNama:RIFKIA MAULAN NI'AM
Kelas:X IPS 2
Absen:25
Artikelnya sangat jelas dan mudah dipahami serta sangat membantu proses belajar daring dalam kondisi sekarang ini. Terimakasihh.
BalasHapusNama : Anisa Fitrotin
Kelas: XII IPS 2
Absen: 06
Artikelnya mantab pak
BalasHapusNama: Nurul Lailatul Fitria
Kelas: XII MIPA 6
absen : 21
Dijelaskan dengan bahasa yang mudah
BalasHapusNama:M.Nasruddin akbar
Kelas:XII mipa 4
Artikelnya sangat membantu pak
BalasHapusNama : Ameylia Rafika Varadilla
Kelas: XII IPS 1
Absen: 1
Artikel nya jelas dan mudah dimengerti serta sangat membantu
BalasHapusNama:Amalia rahmawatus syafa'ah
Kelas:XII IPS 2
Absen:4
Artikelnya sangat memberi wawasan dan informasi yang sangat dibutuhkan oleh para pelajar
BalasHapusNama:Ainur Riski Wandani Islam
Kelas:XII IPS 2
Absen:03
Artikelnya sangat bagus pak
BalasHapusNama:Malihatul Masnu'ah
Kelas:XII IPA 3
Absen:14
Artikel nya jelas dan mudah dimengerti serta sangat membantu
BalasHapusNama: Sallima lola anta mahtadaina
Kelas:XII IPA 3
Absen:25
Artikelnya sangat membantu bahasanya mudah di pahami
BalasHapusNama:Vita Amelia
Kelas:XII IPA 3
Absen:29
Artikelnya bagus semogak bermanfaat
BalasHapusNama: Mukhamad Iqbal Firmansyah
Kelas:XII ips2
Apsen:21
Artikel ini sangat membantu bagi saya,dan sangat bermanfaat sekali
BalasHapusNama : Muhammad Naufal Abdy Saputra
Kelas : XII IPS 3
No Absen : 12
Artikelnya sangat membantu dan mudah dipahami
BalasHapusNama: Emilliya octaviani s
Kelas:XII MIPA 4
No absen:16
Terimakasih atas pertikel"nya
BalasHapusNama:firjatullah putra ramadhan
Kelas:XII MIPA 6
NO ABSR:09
Artikelnya bagus semogak bermanfaat
BalasHapusNama: ABDULLOH IHSAN
Kelas:XII ips2
Artikelnya sangat membantu dalam proses belajar
BalasHapusNama: Fais nurhidayatul fitria
Kelas: XII IPS 1
Absen: 7
Artikel ini sangat bermanfaat bagi saya
BalasHapusNama:M.NASRHUL GYMNASTIAR
kelas:XII ips2
Artikel yang terkait dalam penjelasan ini, sangat mudah dipahami serta menambah wawasan ilmu pengetahuan.
BalasHapusNama:moch.richman.lissteyo
Kelas:XII IPS 1
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArtikel ini mudah di fahami bagi kami
BalasHapusNama:maslikatun
Kelas:XII MIPA 5
materi yang disajikan dalam artikel ini sangat membantu untuk memahami bab tentang"Perjuangan Menghadapi Ancaman Disentegrasi Bangsa".Penulisannya jelas dan mudah dipahami,karena ada perbedaan antara judul dan sub judul.Meterinya sendiri sangat lengkap sehingga dapat memberikan pengetahuan baru bagi kami,Terimakasih banyak Pak untuk artikel yang di berikan juga ilmunya mudah mudahan bisa bermanfaat bagi banyak orang yang membacanya.
BalasHapusNama :Devi Setia Pratiwi
Kelas :XII Mipa 2
TP :2021/2022
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArtikel ini sangat bermanfaat
BalasHapusNama:Danis Ferdiansyah
Kelas:XII IPS 3
Absen:05
Artikel ini sangat mudah untuk dipahami
BalasHapusNama:feri rizki rizki yanto
Kelas:XII MIPA 2
Absen:15
Artikelnya sangat mudah dipahami
BalasHapusNama:Feri rizki yanto
Kelas:XII MIPA 2
Absen:15
Nama: indah lufianasari
BalasHapusKelas:XII Mipa 6
Artikel nya mudah dipahami
Nama:Lubis Maulana
BalasHapusKelas:XII ips 1
Artikelnya sangat membantu
BalasHapusNama:Lubis Maulana
Kelas:XII IPS 1
Terima kasih pak atas materinya
BalasHapusNama:Lubis Maulana
Kelas:XII IPS 1
materi yang disajikan dalam artikel ini sangat membantu untuk memahami bab tentang"Perjuangan Menghadapi Ancaman Disentegrasi Bangsa".Penulisannya jelas dan mudah dipahami,karena ada perbedaan antara judul dan sub judul.
BalasHapusNama:pras tyo dwi Julianto
Kelas:Xll mipa 2