A. MUNCUL DAN
BERKEMBANGNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Sebab-sebab Muncul dan Berkembangnya
Pergerakan Nasional Indonesia
Sejak
bangsa Eropa datang ke wilayah Indonesia, bangsa Indonesia telah menyadari
akibat-akibat yang muncul dari kedatangannya itu. Semenjak kedatangan
bangsa-bangsa Eropa tersebut, perlawanan tidak pernah henti-hentinya dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Namun periawanan-perlawanan itu selalu mengalami
kegagalan. Hal ini disebabkan setiap perlawanan yang dilakukan terbatas hanya
pada daerahnya, atau hanya ingin membebaskan daerah-daerah dan penduduknya dari
kekuasaan asing. Dengan keadaan seperti ini, bangsa asing dapat lebih mudah
untuk menguasainya.
Sejak akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 telah muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa
Indonesia. Munculnya gerakan nasionalisme itu tidak terlepas dari pengaruh yang
datang dari dalam maupun dari luar.
a. Pengaruh yang datang dari dalam
(internal)
1) Kenangan kejayaan masa lampau: sebelum
imperialisme bangsa Eropa (Barat) masuk ke wilayah Indonesia, banyak terdapat
kerajaan yang besar dan jaya, seperti Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim yang menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka.
Kerajaan ini pernah menjadi pusat perdagangan dan bahkan pusat penyebaran agama
Budha di Asia Tenggara. Juga Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja
Hayam Wuruk dan dibantu oleh Patih Gajah Mada menjadi kerajaan yang paling
berkuasa di hampir seluruh wilayah Nusantara. Di samping itu, Kerajaan
Majapahit juga dikenal dengan kerajaan Nusantara, karena wilayahnya mencakup
pulau-pulau yang ada di wilayah Nusantara.
2) Penderitaan dan kesengsaraan akibat imperialisme: muncul dan
berkembangnya imperialisme di dunia membawa perubahan yang sangat besar dalam
kehidupan masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia. Pelaksanaan imperialisme
di wilayah ini menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan bagi bangsa pribumi,
karena kaum penjajah hanya berusaha untuk mengeruk keuntungan demi kejayaan
bangsanya sendiri. Kesengsaraan dan penderitaan inilah yang menjadi alasan atau
pendorong munculnya periawanan-perlawanan bangsa Indonesia.
3) Munculnya golongan
cendekiawan; golongan cendekiawan muncul dimana-mana sebagai akibat dari
perkembangan dan peningkatan pendidikan. Akibat lanjut dari penyebaran kaum
cendekiawan di dalam masyarakat, timbullah berbagai gerakan yang menentang
penjajah. Oleh karena itu, kaum cendekiawan pribumi tampil di atas panggung
politik dan menjadi penggerak atau pimpinan pergerakan nasional bangsa
Indonesia.
4) Kemajuan dalam bidang
politik, sosial-ekonomi dan kebudayaan; muncul dan berkembangnya gerakan
nasionalisme Indonesia juga disebabkan oleh kemajuan-kemajuan di bidang
politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan bangsa Indonesia. (1) Kemajuan di
bidang politik; kegiatan gerakan atau partai-partai nasionalis ingin
menumbangkan dominasi politik kaum imperialis dan kolonialis Belanda (Barat).
Kekuasaan kaum pribumi pada masa itu terkungkung oleh pengaruh politik kolonial
Belanda yang ketat dan kejam. Praktek-praktek penyalahgunaan kekuasaan dan
pelecehan hak asasi manusia sering mewarnai kehidupan politik pemerintahan
kolonial, maka golongan nasionalis tampil menyuarakan aspirasi masyarakat yang
terjajah. (2) Kemajuan di bidang sosial ekonomi; masalah itu terlihat dalam
penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Penghapusan itu bertujuan untuk
membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan sesuai dengan
cita-dta keadilan sosial. Kesadaran meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia
menjadi prioritas dan cita-cita perjuangan kaum nasionalis. (3) Kemajuan di
bidang budaya; kaum nasionalis melihat kebudayaan asli hampir punah dan berada
dalam keadaan sekarat, sehingga perlu diberikan perlindungan dan rekonstruksi
yang memadai. Para pejuang nasionalis perlu memperhatikan dan menjaga
kelestarian serta menumbuhkembangkan kebudayaan asli atau memadukan kedua
kebudayaan itu. Oleh karena perkembangan kebudayaan asli yang tidak
menggembirakan itu, maka para pejuang nasionalis menjadikan sektor kebudayaan
menjadi salah satu cita-cita perjuangannya.
Ketiga
bidang tersebut merupakan kesatuan yang diperjuangkan secara serentak, karena
ketiganya memberikan ciri-ciri perjuangan nasionalis bangsa Indonesia. Paham
nasionalis pada mulanya berkembang secara lokal atau daerah, namun kemudian
menjadi kolektif dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia yang terjajah dan
akhirnya menjadi paham nasionalis dari bangsa Indonesia.
b. Pengaruh yang datang dari luar negeri (ekstemal)
Pengaruh
dari luar negeri yang cukup besar perannya dalam memper-cepat pergerakan
politik di Indonesia di antaranya, kemenangan Jepang atas Rusia (1905),
Pergerakan Kebangsaan India, Pergerakan Nasional Filipina, Gerakan Nasionalis
China, Gerakan Nasionalis Turki, Gerakan Nasionalis Mesir.
1)
Kemenangan Jepang terhadap
Rusia (1905); Modernisasi Jepang telah membawa banyak perubahan terhadap
perkembangan negeri dan bangsa Jepang di dunia internasional pada masa itu.
Jepang maju dengan pesat dalam segala bidang. Bahkan kekuatan militer Jepang
harus diperhitung-kan oleh bangsa-bangsa Barat, termasuk Amerika Serikat pada
masa itu. Untuk membuktikan kekuatan militer Jepang, Korea menjadi sasaran
pertamanya. Kemenangan yang diperolehnya dalam perang Jepang melawan Korea,
menyebabkan pasukan Jepang melanjutkan ekspansinya ke Manchuria. Dalam
penyerangan Jepang terhadap Manchuria itulah pasukan Jepang berhadapan dengan
Rusia, dan ternyata berdampak sangat luas di wilayah Asia. Bangsa-bangsa di
Asia mulai bangkit menentang penjajahan Barat. Hal ini membuktikan bahwa di
berbagai daerah Asia muncul dan berkembang gerakan-gerkan yang bersifat nasional
seperti di China, Filipina, India, Turki, Indonesia bahkan sampai ke daratan
Afrika seperti Mesir dan sebagainya.
2) Pergerakan Kebangsaan India; Di dalam menghadapi penjajahan
Inggris, kaum pergerakan rakyat India membentuk organisasi kebangsaan yang
dikenal dengan nama All India National Congres. Tokoh-tokoh yang
terkenal dalam organisasi itu seperti Mahatma Gandhi, Pandit J. Nehru, B.C.
Tilak, Moh. Ali Jinah, Iskandar Mirza, Liquat Ali Khan dan sebagainya. Di
antara para pemimpin India itu, yang lebih terkenal adalah Mahatma Gandhi yang
memiliki dasar perjuangan sebagai berikut. (a). Ahimwi (dilarang
membunuh), yaitu gerakan anti peperangan, (b). Hartnl yaitu suatu
gerakan rakyat India dalam bentuk aksi yang tidak berbuat apapun walaupun
mereka tetap masuk kantor ataupun pabrik dan sebagainya, (c). Satyagrnhn
yaitu suatu gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Inggris, (d). Swacicsi yaitu gerakan rakyat India untuk memakai
barang-barang buatan negeri sendiri.
3) Gerakan Kebangsaan Filipina; Gerakan rakyat Filipina digerakkan
dan dikobarkan oleh Dr. Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa
Spanyol dari wilayah Filipina. Dr. Jose Rizal berhasil ditangkap dan pada
tanggal 30 September 1896, ia dijatuhi hukuman mati. Kemudian gerakannya
dilanjutkan oleh Emilio Aquinaldo dan berhasil memproklamasikan kemerdekaan
Filipina tanggal 12 Juni 1898 namun kemerdekaan yang berhasil diperolehnya itu
tidak dapat bertahan lama, karena kemunculan Amerika Serikat yang berhasil
menghapuskan kemerdekaan itu. Filipina dikuasai oleh Amerika Serikat dan baru
diberi kemerdekaan oleh Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1946.
4) Gerakan Nasionalis Rakyat China; Gerakan ini dipimpin oleh Dr.
Sun Yat Sen. la mengadakan pembaharuan di segala sektor kehidupan bangsa China.
Dasar perjuangan yang dikemukakan oleh Sun Yat Sen adalah San Min Chu I yang
terdiri dari (a). Republik China adalah suatu negara nasional China, (b).
Pemerintah China disusun atas dasar demokrasi atau kedaulatan berada di tangan
rakyat, (c). Pemerintah China mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
5) Pergerakan Turki Muda (1908); Gerakan ini dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha. la menuntut adanya pembaharuan dan moderrusasi di segala sektor
kehidupan masyarakatnya.
6) Pergerakan Nasionalisme Mesir; Gerakan ini dipimpin oleh Arabi
Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama
Inggris atas negeri Mesir.
Dengan
berkembangnya pergerakan nasional di berbagai daerah di Asia maupun di Afrika
berpengaruh sangat besar terhadap perjuangan rakyat Indonesia di dalam
menentang kekuasaan kolonial Belanda. Gerakan-gerakan yang muncul di Indonesia
ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern yang didirikan oleh
kalangan terpelajar. Tujuan akhir dari setiap organisasi pergerakan rakyat
Indonesia adalah terlepas dari kekuasaan penjajahan kolonial Belanda atau memerdekakan
bangsa Indonesia. Munculnya pergerakan rakyat Indonesia ditandai dengan
berdirinya organisasi Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Bahkan tahun ini
dijadikan tonggak bersejarah bangkitnya bangsa Indonesia untuk menentang
kekuasaan kolonial Belanda.
2.
Ideologi yang Berkembang pada Masa Pergerakan Nasional Indonesia
Awal abad ke-20
dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai periode Kebangkitan Nasional.
Pertumbuhan kesadaran yang menjiwai proses itu menurut bentuk manifestasinya
telah melalui langkah-langkah yang wajar, yaitu mulai dari lahirnya ide
emansipasi dan liberal dari status serba terbelakang, baik yang berakar pada
tradisi maupun yang tercipta oleh situasi kolonial. Kemudian segera menyusul
ide kemajuan beserta cita-cita untuk meningkatkan taraf kehidupan bangsa
Indonesia. Ide-ide yang muncul tersebut akan melandasi pergerakan
organisasi-organisasi yang tumbuh dan berkembang pada masa itu. Bahkan
masing-masing organisasi memiliki dasar dan idiologi yang dapat memperkuat
kedudukan maupun perjuangannya.
Ideologi-ideologi
yang muncul dan berkembang pada masa pergerakan nasional Indonesia antara lain
Ideologi Liberalisme, Nasionalisme, Komunisme, Demokrasi, Pan Islamisme dan
lain-lain.
Ideologi Liberalisme. Ideologi liberalisme diperkenalkan di Indonesia oleh orang-orang
Belanda yang mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Orang-orang Belanda
tersebut melihat banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti dengan
bertindak sangat jauh di luar batas-batas perikemanusiaan. Tindakan-tindakan
pemerintah kolonial Belanda yang mereka kecam, seperti tindakan pemerasan,
kekejaman atau penyiksaan dan lain sebagainya.
Masalah-masalah seperti ini mereka sampaikan pada saat
diselenggara-kan sidang parlemen di negeri Belanda. Mereka mengecam dengan
keras segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda bersama
kaki tangannya di wilayah Indonesia. Mereka mengusulkan agar pemerintah
kerajaan Belanda memerintahkan pelaksanaan paham liberalisme di Indonesia.
Diharapkan paham liberalisme dapat membawa masyarakat Indonesia kepada
perubahan yang lebih baik.
Paham liberalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan
kemerdekaan individu atau kebebasan kehidupan masyarakat. Sebab dalam alam
kebebasan itu masyarakat dapat berkembang dan berupaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Paham liberalisme ini dikembangkan oleh organisasi-organisasi politik
di Indonesia seperti Indische Partij.
Ideologi Nasionalisme. Ideologi Nasionalisme kali pertama diperkenalkan oleh organisasi
politik yang muncul di wilayah Indonesia. Ideologi Nasionalisme menjadi dasar
perjuangan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Nasionalisme sebagai suatu ideologi menunjukkan suatu bangsa yang mempunyai
kesamaan budaya, bahasa, dan wilayah. Selain itu, juga kesamaan cita-cita dan
tujuan. Dengan demikian kelompok tersebut dapat merasakan adanya kesetiaan yang
mendalam terhadap kelompok bangsa itu.
PNI
sebagai suatu partai yang berideologi nasionalis mempunyai tujuan untuk
memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas. Bahkan cita-cita
politiknya yaitu mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir
penjajahan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.
Ideologi
Komunis. Ideologi komunisme diperkenalkan kali
pertama oleh Sneevliet, seorang pegawai perkereta-apian yang berkebangsaan
Belanda. Ideologi komunisme ini diwujudkan dalam pembentukan organisasi yang
bemama Indische Social Democratis The Vereeniging (ISDV). Organisasi ISDV
sangat sulit mendapatkan dukungan dari rakyat karena rakyat kurang mempercayai orang
Belanda.
Kesulitan
memperoleh dukungan rakyat, Sneevliet kemudian menjalin hubungan dengan Semaun,
seorang ketua cabang Sarekat Islam di Semarang. Terjalinnya hubungan antara
Sneevliet dengan Semaun memunculkan pembentukan Partai Komunis Indonesia (PKI)
pada tahun 1920.
Gerakan PKI yang
sangat radikal, dilanjutkan dengan melakukan pemberontakan tahun 1926 dan 1927.
Namun akibat kegagalan dari pem-berontakan itu, PKI dijadikan sebagai partai
teriarang di Indonesia pada masa kekuasaan kolonial Belanda.
Ideologi Demokrasi. Ideologi demokrasi pertama kali muncul di daerah Yunani dengan
sistem demokrasi langsung. Artinya rakyat ikut serta menentukan jalannya suatu
pemerintahan. Akan tetapi, sistem demokrasi ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan di Indonesia pada masa pergerakan Nasional. Hal ini disebabkan
karena bangsa Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda. Belanda tidak
mungkin menerapkan sistem demokrasi di wilayah Indonesia, karena hal itu akan
merugikan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
Sistem demokrasi baru dapat
terlaksana di wilayah Indonesia setelah Indonesia merdeka. Sistem demokrasi
yang dilaksanakan di Indonesia dikenal dengan sistem demokrasi Pancasila.
Ideologi Pan-lslamisme. Ideologi Pan-Islamisme merupakan suatu paham yang bertujuan
mempersatukan umat Islam sedunia. Ideologi ini muncul berkaitan erat dengan
kondisi abad ke-19 yang merupakan kemunduran dunia Islam. Sementara itu, dunia
Barat berada dalam kemajuan dan melakukan penjajahan terhadap negara-negara
Islam, termasuk Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.
Pan-Islamisme
merupakan suatu gerakan yang radikal dan progresif. Hal ini sangat disadari
oleh kaum atau negara-negara imperialisme Barat termasuk Belanda yang menjajah
Indonesia. Semangat yang terkandung dalam gerakan Pan-Islamisme telah
membangkitkan rasa kebangsaan yang kuat dengan didasari ikatan keagamaan.
Ideologi ini telah mendorong munculnya organisasi-organisasi yang berdasarkan
keagamaan di wilayah Indonesia seperti Sarekat Islam (SI), Muhammadiyah, dan
lain-lain.
B.
STRATEGI ORGANISASI PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
Pada masa pergerakan nasional Indonesia ada
dua hal yang patut dicatat sebagai momentum sejarah yang paling mendasar. Pertama,
munculnya gerakan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Perhimpunan
Indonesia merupakan organisasi yang paling vokal dalam menyuarakan kemerdekaan
Indonesia dengan cara melaksanakan aksi nasional dan percaya pada kekuatan
sendiri. Perhimpunan Indonesia merupakan suatu gerakan yang mampu membangkitkan
tujuan dan cita-cita untuk menentang imperialisme dan kolonialisme. Dengan
segala tindakan politis yang progresif maka gerakan Perhimpunan Indonesia boleh
dikatakan sebagai "manifesto politik" yang pertama dari semua gerakan
nasional yang pemah ada sejak tahun 1908 hingga tahun 1920-an. Manifesto
poliriknya adalah Indonesia Merdeka. Kedua, munculnya Sumpah Pemuda.
Peristiwa itu merupakan kristalisasi dari seluruh aspirasi dan cita-cita
masyarakat Indonesia waktu itu untuk bersatu memerdekakan diri dari penjajah.
Landasan Sumpah Pemuda termuat dalam Triloginya yakni satu tanah air Indonesia,
satu bangsa Indonesia dan satu bahasa Indonesia.
Dengan keadaan
seperti itu, maka sejak tahun 1908 mulai berdiri dan berkembang
organisasi-organisasi modern di Indonesia baik yang bersifat politik, ekonomi,
maupun sosial dan budaya.
1.
Budi Utomo (BU)
Pada abad ke-20
tampil beberapa dokter sebagai penggerak bangsa di kawasan Asia seperti Dr. Sun
Yat Sen di Tiongkok, Dr. Jose Rizal di Filipina, serta di Indonesia tampil
dokter-dokter seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo. Para dokter itu bangkit karena
dihadapkan pada penderitaan masyarakat baik dari segi ekonomi, fisik, maupun
kemanusiaan.
Dokter Wahidin
Sudirohusodo dengan giat menyebarkan cita-citanya agar di Pulau Jawa dapat
dibentuk suatu perkumpulan yang bertujuan me-majukan pendidikan serta membiayai
anak-anak yang tidak dapat bersekolah namun memiliki kepandaian. Cita-citanya
itu mendapat sambutan dari siswa Sekolah Dokter Jawa di Jakarta seperti Sutomo,
Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan lain sebagainya. Akhirnya pada
tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan suatu perkumpulan yang
di-berinama Budi Utomo di Jakarta. Kongres pertama diselenggarakan pada bulan
Oktober 1908 dan berhasil memilih Adipati Tirtokusumo (seorang bupati) sebagai
ketuanya dan Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketuanya.
Untuk mendorong
semangat para anggotanya, Budi Utomo mencanang-kan pedoman yaitu pemuda menjadi
motornya dan orangtua menjadi sopirnya, supaya kapal tidak terdampar di laut
karang dan selamat sampai di pelabuhan. Di samping itu, kongres menghasilkan
suatu keputusan tentang tujuan dari pergerakannya, yaitu untuk menjamin dan
mempertahankan kehidupan sebagai bangsa yang terhormat. Perkumpulan ini
bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan budaya.
Keanggotaan
perkumpulan Budi Utomo semula terbatas hanya pada daerah Jawa dan Madura,
kemudian ditambahkan dengan Bali, karena dianggap mempunyai kebudayaan yang
sama. Jika dilihat dari keanggotaan-nya, perkumpulan ini bersifat kedaerahan
(lokal). Walaupun demikian, perkumpulan itu juga sudah dapat dikatakan bersifat
nasional. Hal ini terbukti ketika didirikannya perkumpulan partai-partai politik
seperti Permufakatan Pemimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), Budi
Utomo ikut serta di dalamnya. Gerakan nasional Budi Utomo semakin bertambah
jelas yaitu dengan diubahnya nama Budi Utomo menjadi Budi Utama (huruf a) dan
juga terlihat dengan jelas tujuannya yaitu sejak tahun 1928 ikut serta
melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia.
Selanjutnya Budi
Utomo mengadakan integrasi derigan organisasi seasas dan sehaluan. Atas
pertimbangan itulah kemudian Budi Utomo lebur menjadi satu dengan PBI (Persatuan
Bangsa Indonesia) menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya).
2.
Perhimpunan Indonesia (PI)
Gerakan pemuda pelajar yang ada di luar
negeri (Belanda) sangat besar pengaruhnya terhadap gerakan politik dan pemuda
di tanah air Indonesia. Pada tahun 1908, para pemuda Indonesia di negeri
Belanda mendirikan perkumpulan dengan nama Indische Vereeniging. Perkumpulan
ini bersifat sosial dengan tujuan awal adalah untuk mensejahterakan para
anggotanya yang berada di negeri Belanda. Kedatangan Suwardi Suryaningrat dan
kawan-kawannya ke negeri Belanda membawa pengaruh besar terhadap perkem-bangan
perkumpulan ini. Terlebih lagi dengan berkecamuknya Perang Dunia I dan gema
dari semboyan Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) yang menyatakan bahwa
harus diakui adanya the right of set/determinations (menentukan nasib
sendiri), Semboyan itu justru memberikan dorongan kepada anggota Indische
Vereeniging untuk terus berjuang.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging
diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Dua
tahun kemudian yaitu tahun 1924, Perhimpunan Indonesia dengan tegas menyatakan
tujuannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Cara untuk mencapai
kemerdekaan itu dilakukan dengan melaksanakan aksi nasional dan percaya pada
kekuatan sendiri.
Perkumpulan ini mempunyai media majalah
sebagai tempat untuk menyalurkan aspirasi dari setiap anggotanya. Majalah
organisasi Perhimpunan Indonesia bernama Hindia Putra dan kemudian
menjadi Indonesia Merdeka. Para anggotanya mempunyai sikap dan sifat
sendiri-sendiri, yaitu ada yang bersifat radikal revolusioner dan ada yang
bersifat moderat. Kelompok radikal itu setelah menyelesaikan studinya dan
kembali ke Indonesia pada tahun 1927 bergabung dengan para pejuang Indonesia
untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Propaganda Perhimpunan Indonesia di negeri
Belanda dilakukan dengan aktif. Organisasi ini melakukan kontak dengan
badan-badan internasional yang menguntungkan perjuangan bangsa Indonesia.
Hubungan itu dilakukan dengan Association I' Etude des Civilisation
Orientates (didirikan di Paris tahun 1925). Salah satu kegiatan Perhimpunan
Indonesia pada tahun 1926-1927 adalah menghadiri kongres internasional seperti:
o Kongres Demokrat Internasional di Bierville (1926) dan Perhimpunan
Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta.
o Kongres Liga Melawan Imperialisme dan Penindasan di Brussel (1927)
dan Perhimpunan Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta.
Dalam
kongres itu, Perhimpunan Indonesia berhasil menarik simpati liga dengan
resolusinya yang mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia, dan me-nuntut
penghapusan intemiran yang terjadi atas orang-orang Indonesia. Namun gerakan
Perhimpunan Indonesia yang lincah dan gesit itu justru mengundang kecurigaan
dari pemerintah kolonial Belanda. Aktivitas Perhimpunan Indonesia dihubungkan
dengan terjadinya pemberontakan PartaiKomunis Indonesia (PKl) tahun 1926-1927.
Akibatnya para pemimpinnya ditangkap seperti Drs. Moh Hatta, Ali Sastroamidjojo,
Abdul Madjid Djojodiningrat, Nasir Datuk Pamuntjak. Ketika para perniinpin
Perhimpunan Indonesia ini diajukan ke pengadilan, Drs. Moh Hatta membuat pidato
pembelaan yang cemerlang dengan judul Indonesia Merdeka. Pembela
terdakwa dalam segi hukum dilakukan oleh Mr. Dyus (seorang anggota partai
buruh). Karena tidak terbukti bersalah, maka pada tahun 1928 mereka dibebaskan.
Peristiwa
penangkapan para terdakwa menimbulkan rasa simpati yang besar di Indonesia. PNI
mengadakan rapat untuk memberikan dukungan kepada para mahasiswa Indonesia di
negeri Belanda. Atas anjuran PNI, PPPKI menempatkan Perhimpunan Indonesia
sebagai pos terdepan dalam memperjuangkan Indonesia merdeka.
3.
Sarekat Islam
Pada tahun 1911
di kota Solo muncul perkumpulan dagang Islam yang bernama Sarekat dagang Islam
dengan Haji Samanhudi sebagai pemimpin. Sebenarnya perkumpulan ini telah ada
sejak tahun 1909, yaitu ketika berada di bawah pimpinan RM. Tirtoadisuryo yang
beranggotakan para pedagang Islam. Sejak dipimpin oleh Haji Samanhudi perkumpulan
itu menjadi sangat berarti dan berpengaruh luas di kalangan para pedagang
Islam.
Namun kemudian,
seorang intelektual dari Surabaya yang bernama Haji Omar Said (HOS)
Cokroaminoto yang sekaligus sebagai promotornya mengubah perkumpulan Sarekat Dagang
Islam menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan itu ternyata berpengaruh besar
terhadap sistem keanggotaannya. Anggotanya bukan lagi hanya para pedagang Islam
saja, tetapi sudah men-cakup seluruh umat Islam dari berbagai lapisan
masyarakat. Perubahan nama itu terjadi pada tahun 1912 yang mengandung isi dan
jiwa serta terfokus pada agama Islam dengan segala manifestasinya.
Sementara itu, keterlibatan Sarekat Islam
dalam Volksraad (Dewan Rakyat) diprotes keras oleh anggotanya, seperti Semaun.
Namun, Sarekat Islam tetap ingin menunjukkan kesetiaannya kepada pemerintah,
walaupun pemerintah mengetahui bahwa organisasi itu sangat berpengaruh besar
terhadap masyarakat. Untuk itu, pemerintah Belanda secara terus-menerus
mengikuti jejak dan gerak-gerik Sarekat Islam dari dekat. Wakil-wakil Sarekat
Islam yang duduk dalam badan itu adalah Abdul Muis (pengarang) dan HOS
Cokroaminoto (organisatoris dan orator).
Ternyata
pengaruh pergerakan Sarekat Islam di masyarakat sangat kuat. Pengaruhnya
menyebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga menimbulkan pemberontakan,
seperti berikut ini.
- Pemberontakan di Toli-Toli (Sulawesi Selatan); pemberontakan ini menimbulkan korban jiwa, yaitu seorang pegawai negeri Belanda dan beberapa orang pegawai bangsa Indonesia. Pemberontakan itu dihubungkan dengan kedatangan Abdul Muis ke Sulawesi, yang kebetulan ada keperluan dengan partainya, sehingga ia dituduh terlibat dalam pemberontakan itu.
- Pemberontakan Cimareme (Jawa barat); pemberontakan ini terjadi karena adanya protes kaum petani yang menolak menyerahkan padinya kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan. Dalam pemberontakan itu, Sarekat Islam juga dituduh terlibat.
Pada tahun 1920,
berdiri Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia dengan Semaun sebagai
ketuanya. Jabatan Semaun itu sangat membahayakan bagi perkembangan Sarekat
Islam, karena pada saat itu Semaun juga menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam
cabang Semarang. Oleh karena itu, pada tahun 1921, Sarekat Islam mengeluarkan
peraturan yang menyangkut tentang disiplin organisasi dan menyatakan melarang
semua anggota Sarekat Islam untuk menjadi anggota organisasi lainnya. Larangan
itu diprotes oleh Semaun. Dengan demikian, Sarekat Islam tidak dapat
mempertahankan keutuhan organisasinya dan terpecah menjadi Sarekat Islam Merah
yang dipimpin oleh Semaun dan Sarekat Islam Putih yang dipimpin oleh HOS
Cokroaminoto. Namun Sarekat Islam sampai pada saat itu belum memakai nama
partai.
Pada tahun 1929,
Sarekat Islam menyatakan diri menjadi partai dengan nama Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII), Tahun itu juga menjadi sangat penting bagi Sarekat Islam,
karena selain kehilangan banyak anggotanya, Sarekat Islam juga mengambil
langkah-langkah radikal, yaitu keluar dari Volksraad. Hal itu merupakan langkah
dan taktik nonkooperasi yang dilaksanakan oleh Sarekat Islam kepada pemerintah
kolonial Belanda.
Kemudian pada
tahun 1930, Sarekat Islam mengalami kemerosotan akibat adanya berbagai
perpecahan dalam tubuh organisasi itu. Sarekat Islam terbagi menjadi tiga
partai yakni PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan Partai Sarekat Islam
Indonesia. Partai ini terhenti aktivitasnya setelah Jepang menduduki wilayah
Indonesia.
4.
Indische Partij
Douwes Dekker,
Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische
Partij (1912). Semboyan partai itu adalah Hindia for Hindia, yang
berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan
bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun
jenis bangsanya. Hindia adalah sebutan untuk Indonesia waktu itu.
Tujuan partai
itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka.
Anggotanya terbuka bagi seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di seluruh
wilayah Indonesia. Namun pada kenyataan-nya, yang mula-mula menjadi anggota
partai ini adalah orang-orang Indo Eropa. Oleh karena itu, partai ini tidak
dapat berkembang menjadi partai massa. Hal itu disebabkan oleh stelsel kolonial
masih menjadi penghalang dalam proses interaksi ataupun pergaulan dengan
orang-orang asing di Indonesia.
Indische Partij
telah menunjukkan garis politiknya secara jelas dan tegas serta menginginkan
suatu kesatuan penduduk yang multirasial. Tujuan partai ini benar-benar
revolusioner, karena ingin mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan
oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Tindakan itu terlihat nyata
ketika pada tahun 1913 pemerintah kolonial Belanda akan mengadakan upacara
peringatan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis (Napoleon
Bonaparte), dengan cara memungut dana dari rakyat Indonesia. Tindakan itu
membakar kemarahan tokoh bangsa Indonesia seperti Suwardi Suryaningrat, Cipto
Mangunkusumo, Douwes Dekker. Mereka ingin menggagalkan niat Belanda dengan
menyebarkan brosur yang berjudul A/s ik een Nederlander was (Andaikan
aku seorang Belanda). Isi brosur itu di antaranya sebagai berikut.
"..... Seandainya
aku seorang Belanda, aku protes peringatan yang akan diadakan itu. Aku akan
peringatkan kawan-kawan penjajah bahwa sesungguhnya sangat berbahaya pada saat
itu mengadakan perayaan peringatan kemerdekaan. Aku akan peringatkan semua
bangsa Belanda, jangan menyinggung peradaban bangsa Indonesia yang baru bangun
dan menjadi berani. Sungguh aku akan protes sekeras-kerasnya ....."
Kecaman yang semakin keras menentang pemerintah kolonial Belanda,
menyebabkan ketiga tokoh Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka
diasingkan ke negeri Belanda. Namun pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo
dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan
Douwes Dekker baru dikembalikan ke Indonesia pada tahun 1919.
Douwes
Dekker tetap terjun ke dunia politik dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia
pendidikan dan selanjutnya mendirikan perguruan yang diberi nama Taman Siswa.
Suwardi Suryaningrat kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Walaupun
Indische Partij tidak dapat melawan kehendak Belanda, namun perjuangan mereka
tetap punyai arti yang sangat besar dalam pergerakan kebangsaan Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan.
5.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
berdiri pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan (1868-1923)
seorang ulama besar dari Yogyakarta. Dengan tujuan : (1) mengembangkan agama
Islam sesuai perintah dan ajaran Nabi Muhammad SWA; (2) membantu dan
meningkatkan kehidupan masyarakat; (3) memajukan pendidikan di Indonesia.
Amal
usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam upaya menjunjung tinggi dan menegakkan
agama Islam, meliputi : (1) mendirikan, memelihara, dan membantu mendirikan
sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam untuk meningkatkan harkat dan martabat
bangsa Indonesia; (2) Mendirikan dan memelihara tempat ibadah; (3) mendirikan
dan memelihara rumah sakit untuk menjaga kesehatan masyarakat; (4) mendirikan
dan memelihara panti asuhan untuk anak yatim piatu; (5) membentuk badan
perjalanan haji ke tanah suci; (6) membentuk organisasi otonom untuk menampung
masyarakat sesuai usia, jenis kelamin untuk berjuang meningkatkan martabat
sebagai orang Islam.
Organisasi
ini bernama Muhammadiyah yang artinya pengikut Nabi Muhammad dengan berupaya
menjalankan ajaran Islam sesuai ajarannya.
6.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada abad ke-20
datang beberapa pegawai bangsa Belanda yang berhaluan komunis di Indonesia.
Salah satu di antaranya adalah Sneevliet. Di samping sebagai pegawai, Sneevliet
juga aktif menyebarkan paham komunis. Sneevliet menyadari bahwa usahanya untuk
mendapatkan dukungan rakyat Indonesia melalui organisasi yang akan didirikannya
itu tidak mungkin berhasil. Oleh karena itulah ia menjalin hubungan dengan
Semaun yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam cabang Semarang.
Pada tahun 1914
Sneevliet men-dirikan organisasi yang bercorak Marxis dengan nama Indische
Social Demokratische Vereeniging (ISDV) yang berpusat di Semarang. Bersama
dengan Semaun, Sneevliet berhasil mengembangkan
ISDV yang berpaham Marxis dan
mempenga-ruhi anggota-anggota dari Sarekat Islam. Hal mi pula yang menyebab-kan
Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dengan pemimpinnya
HOS Cokroaminoto dan Sarekat Islam Merah dengan pemimpinnya Semaun.
Pada tahun 1920
Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk Partai Komunis Indonesia
(PKI). Partai ini diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono. Akan tetapi
beberapa tokoh bangsa Belanda yang tidak menyetujui pembentukkan PKI akhirnya
memisahkan diri dan kemudian membentuk Indische Social Demokratische Party
(ISDP) dengan F. Bahler sebagai ketuanya.
Hubungan PKI
dengan pemerintah kolonial Belanda semakin renggang bahkan semakin memburuk.
Hal ini sebagai akibat timbulnya pemogokan-pemogokan yang mengarah kepada
masalah timbulnya konflik antara pemerintah kolonial Belanda dengan PKI.
Kemudian pada tahun 1926 PKI melakukan
pemberontakan di wilayah Jawa Barat (sekitar daerah Banten) dan pada tahun 1927
di Sumatera Barat. Dengan kegagalan pemberontakan PKI tersebut, maka pada tahun
1927 pemerintah kolonial Belanda menyatakan PKI sebagai partai terlarang
berdiri di wilayah Indonesia.
Setelah
pemberontakan itu gagal, Musso, Alimin dan tokoh-tokoh PKI lainnya melarikan
diri ke luar negeri. Pemimpin PKI yang tidak setuju melakukan pemberontakan
lari ke Thailand dan kemudian mendirikan partai baru yang bernama Partai
Republik Indonesia (PARI) yang berpusat di Bangkok (1927).
7.
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Ketika Budi Utomo, Sarekat Islam, dan PKI
berkembang, terdapat pula golongan intelektual yang ikut ambil bagian dalam
pergerakan nasional Indonesia. Mereka bergerak melalui klubnya dengan tujuan
yang bersifat nasional. Klub itu adalah Aglemen Studie Club di Bandung dan
Indische Studie Club di Surabaya serta klub-klub lainnya yang terdapat di
seluruh kota-kota di wilayah Indonesia.
Klub-klub itu tumbuh menjadi partai-partai
politik yang bersifat nasional. Aglemen Studie Club di Bandung tumbuh menjadi
Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Indische Studie Club di Surabaya tumbuh
menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI) dan kemudian menjadi Partai Indonesia
Raya (Parindra).
Pada tahun 1927,
PNI didirikan oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo,
Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI sebagai partai yang
bersifat nasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan dalam waktu
yang sangat singkat telah berhasil menarik perhatian dan simpati massa.
Golongan nasionalis yang revolusioner dapat tertampung pada partai ini.
Pada tahun 1927,
PNI memprakarsai berdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia). Badan ini merupakan sebuah badan koordinasi dari bermacam aliran
untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau penjajahan.
Munculnya berita
provokatif yang menyatakan bahwa PNI akan melaksanakan pemberontakan,
mengakibatkan pemerintah Belanda melaku-kan penangkapan para pemimpin PNI. Para
pemimpin PNI yang berhasil ditangkap adalah Ir. Soekamo, Gatot Mangkupraja,
Maskun, dan Suriadinata. Kemudian keempat tokoh itu dihadapkan pada pengadilan
di Bandung tahun 1930. Dalam persidangan itu, Ir. Soekarno mengajukan pidato
pembelaan yang berjudul Indonesia Menggugat. Pembela para pejuang bangsa
Indonesia adalah Sartono SH, Sastromuljono SH, dan Idik Prawiradiputra SH.
Adapun sebagai hakim pada persidangan itu adalah Mr. Dr. R. Siegembeek van
Hoekelen. Pengadilan negeri Bendung menjatuhkan hukuman kepada Ir. Soekarno
dengan 4 tahun penjara, Maskun 2 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 1 tahun 8
bulan, dan Suriadinata 1 tahun 3 bulan.
Dasar perjuangan
PNI adalah sosio-nasionalis dan sosio-demokratis yang disingkat menjadi
Marhaenisme. Sikapnya terhadap pemerintah kolonial Belanda adalah
nonkooperatif. Prinsip itu sama dengan prinsip perjuangan dari Perhimpunan
Indonesia di negeri Belanda. Hal ini disebabkan PNI mem-punyai hubungan yang
sangat erat dengan Perhimpunan Indonesia, sehingga pengaruhnya sangat besar
terhadap PNI.
8. Partai
Indonesia (Partindo)
Karena para
pemimpin PNI berhasil ditangkap, maka pimpinan partai dipegang oleh Sartono SH.
Namun, Sartono merasa khawatir atas kelanjutan dan perkembangan PNI. Sartono
mengkhawatirkan PNI akan bernasib seperti PKI yang dianggap sebagai partai
terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Kekhawatiran Sartono itu sangat
berpengaruh terhadap anggota-anggotanya. Demi keselamatan, PNI akhirnya
dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo) tahun
1931. Akan tetapi, mereka yang tidak menyetujui terhadap pembubaran PNI itu
akhirnya membentuk partai lain dengan nama PNI Baru atau PNI Pendidikan.
Setelah Ir. Soekarno
dibebaskan dari penjara tahun 1931, ia memilih Partindo sebagai alat
perjuangannya. Kehadiran Ir. Soekarno dalam Partindo membangkitkan semangat
perjuangan anggota Partindo, sekaligus juga mengkhawatirkan pemerintah
kolonial Belanda. Ir. Soekarno ditangkap lagi dan dibuang ke Ende di Pulau
Flores. Pada tahun 1937 dipindahkan ke Bengkulu dan tahun 1943 dibebaskan oleh
Jepang.
9. Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)
Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran
PNI, membentuk partai politik dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI
Pendidikan) yang dipimpin oleh Drs. Moh Hatta dan Sutan Sjahrir. Partai ini
berpusat di Bandung. Prinsip perjuangan PNI Pendidikan adalah berpegang teguh
pada prinsip nonkooperatif. Model perjuangannya sama dengan apa yang pernah
dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partai
Indonesia. Partai ini lebih banyak mendapat pengaruh di daerah pedesaan.
Ternyata gerakan partai ini dianggap sangat
membahayakan kedudukan pemerintah Belanda. Oleh karena itu, para pemimpinnya
ditangkap dan dibuang ke Digul (1934). Pada tahun 1936 mereka dipindahkan ke
negeri Belanda, tahun 1942 dipindahkan ke Sukabumi hingga datangnya Jepang.
10. Partai
Indonesia Raya (Parindra)
Cikal bakal Partai Indonesia Raya (Parindra)
adalah Indische Studie Club di Surabaya yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Pada
tahun 1931, per-kumpulan ini kemudian diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia
(FBI). Tujuan perjuangannya adalah untuk menyempurnakan derajat bangsa
Indonesia dengan melakukan hal-hal yang nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat
banyak, seperti memajukan pendidikan, mendirikan koperasi rakyat, mendirikan
bank-bank untuk rakyat dan juga mendirikan persatuan nelayan.
PB1 berkali-kali mengadakan pendekatan
dengan Budi Utomo. Dalam usaha mengadakan pendekatan itu, yang memegang peranan
penting adalah Dr. Sutomo (ketua FBI dan juga salah seorang pendiri Budi
Utomo). Peng-gabungan kedua organisasi itu terjadi pada tahun 1935 dan
selanjutnya berdiri Fartai Indonesia Raya (Parindra). Tujuan dari Parindra itu
adalah untuk mencapai Indonesia Raya, dengan ketuanya Dr. Sutomo dan kota
Surabaya dijadikan sebagai kota pusat segala kegiatannya.
Perkembangan
selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan Parindra, seperti Sarekat
Sumatera, Sarekat Ambon, Kaum Betawi, Timore Verbond dan sebagainya. Taktik
perjuangannya adalah kooperatif yang insidental (bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Belanda). Ternyata taktik itu menguntungkan bangsa dan pergerakan
nasional Indonesia. Seorang tokoh Parindra yang duduk dalam Volksraad (Dewan
Rakyat) adalah Muhammad Husni Thamrin. la dikenal sebagai seorang ahli debat
karena seringnya melontarkan kecaman-kecaman terhadap pemerintah kolonial
Belanda dalam sidang Dewan Rakyat tersebut.