Rabu, 29 September 2010

Kerajaan Singhasari

Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari Kerajaan Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan pelabuhannya bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan Singasari berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri dalam pertempuran di dekat Ganter tahun 1222 M.
a. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari:
• Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.
• Kitab Negarakertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
• Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
b. Kehidupan Politik
Kerajaan Singasari yang pemah mengalami kejayaan dalam perkem-bangan sejarah Hindu di Indonesia pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut.
Raja Ken Arok Setelah kemenangannya dalam pertempuran melawan Kerajaan Kediri, Ken Arok memutuskan untuk membuat dinasti Bhattara serta membangun kerajaan baru dengan nama Kerajaan Singasari.
Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa). Pendirian dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Di samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila suatu saat menjadi raja besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan kejahatan yang pemah dilakukan oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami pertamanya Tunggul Ametung).
Raja Anusapati Dengan meninggalnya Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari langsung dipegang oleh Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahan yang cukup lama itu (1227-1248 M), Anusapati tidak melakukan pembaruan-pembaruan, karena Anusapati larut dengan kegemarannya sendiri, yaitu menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai kepada putra Ken Arok dengan Ken Umang yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung ayam, karena itu Anusapati diundang untuk menyabung ayam di Gedong Jiwa (tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati sedang asyik melihat aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut keris Empu Gandring yang dibawa Anusapati dan langsung menusukkan ke punggung Anusapati hingga ia meninggal.
Raja Tohjaya Dengan meninggalnya Anusapati, tahta kerajaan dipegang oleh Tohjaya. Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan saja (1248 M), karena putra Anusapati yang bernama Ranggawuni mengetahui perihal kematian Anusapati. Ranggawuni yang dibantu oleh Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi Tohjaya mengirim pasukannya untuk menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Rencana Tohjaya telah diketahui oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri sebelum pasukan Tohjaya menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya mengirim pasukan di bawah pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal akhirnya menyadari bahwa yang berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni, maka ia berbalik memihak Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya. Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta Kerajaan Singasari.
Raja Wisnuwardhana Ranggawuni naik tahta atas Kerajaan Singasari dengan gelar Sri JayaWisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan gelar Narasinghamurti. Mereka memerintah bersama Kerajaan Singasari (1248-1268 M). Wisnuwardhana sebagai raja, Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya. Pemerintahan kedua penguasa tersebut membawa keamanan dan kesejahteraan. Pada tahun 1254 M, Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan maksud untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara menjadi seorang raja besar di Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana meninggal dunia (dialah satu-satunya raja yang meninggal tidak terbunuh di Kerajaan Singasari), tahta Kerajaan Singasari beralih kepada Kertanegara.
Raja Kertanegara Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya. Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa pemerintahan Raja Wisnuwardhana disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani. Setelah keadaaan Jawa Timur dianggap baik, Raja Kertanegara melangkah ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.
Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam dan luar negeri.
Dalam rangka mewujudkan Stabilitas politik Kerajaan Singasari, Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut.
•Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh Aragani. Raganata diangkat menjadi Adhiyaksa di Tumapel. Juga banyak Wide yang berasal dari rakyat biasa diangkat menjadi pegawai tinggi dengan gelar Aryawiraraja dan diangkat menjadi bupati Sumenep (Madura).
•Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya, yaitu dengan mengangkat putra Jayakatwang raja Kadiri yang bernama Ardharaja diambil jadi manantu. Serta Raden Wijaya selaku cucu Mahesa Campaka dijadikan menantu pula.
•Memperkuat angkatan perang untuk menciptkan keamanan dan ketertiban didalam negeri dan mewujudkan persatuan nusantara

16 komentar:

  1. artikel yang bgs, tapi tentang raja anusapati yang suka nyabung ayam apa itu benar??trus bagaimana tenang ditemukannya prasasti Mulamalurung bahwa tohjaya tidak menjadi raja di Singhasari melainkan di Kadhiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama Tohjaya justru ditemukan dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh Kertanagara atas perintah ayahnya yang bernama Maharaja Seminingrat (nama asli Wisnuwardhana versi prasasti) tahun 1255. Prasasti ini telah membuktikan kalau Tohjaya merupakan tokoh sejarah yang benar-benar ada, bukan sekadar tokoh fiktif ciptaan Pararaton.
      Akan tetapi dalam prasasti itu ditulis bahwa Tohjaya bukan raja Tumapel atau Singhasari, melainkan raja Kadiri yang menggantikan adiknya, bernama Guningbhaya. Adapun Guningbhaya menjadi raja setelah menggantikan kakaknya yang bernama Bhatara Parameswara. Ketiga raja Kadiri tersebut merupakan paman dari Seminingrat.
      Selain itu tertulis pula bahwa pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang wafat di atas takhta kencana, yaitu kakek dari Seminingrat.
      Sebagai Raja Kadiri Prasasti Mula Malurung telah diulas dan dianalisis oleh sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya yang berjudul Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979). Dalam buku itu ia mencoba menafsirkan kembali sejarah Kerajaan Tumapel berdasarkan prasasti Mula Malurung, Nagarakretagama, dan Pararaton.

      Hapus
  2. sebuah artikel yg bagus..
    namun kurang lengkap pak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa dilengkapi dengan mencari referensi lain

      Hapus
  3. artikel yg bgs tpi perlu ditambah dengn bukti@ peninggalan kerajaan singasari

    BalasHapus
    Balasan
    1. insyaAllah, bila ada kesempatan dan ada data-data yang mendukungn maka akan di tambah point C yang berisi peninggalan kerajaan Singhasari

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. bagussssssss pak......
    kasih tips bikin blog yang bagus,pak...
    .Novia hidayati
    (XI-IPA 1)

    BalasHapus
  6. cikuang muena bel-bel

    BalasHapus
  7. Pak artikelnya bagus pak. Tapi saya ingin bertanya. Pada saat Jayakatwang diangkat oleh Raja Kertanegara sebagai raja kecil mengapa melakukan pemberontakan dan menyerang kerajaan Singasari? Lalu faktor penyebabnya apa?

    BalasHapus
  8. ada yang kurang pak, kehidupan ekonominya mana pak ??

    BalasHapus
  9. memperkuat angkatan perang dengan cara bagaimana, pak ??

    BalasHapus
  10. Lebih bagus baca Novel Ken Arok judul Cinta dan Tahta 2013, dan Sumelang Gandring 2014 karya Zhaenal Fanani, mengulas dgn lugas dgn bahasa yg mudah dipahami, membaca kedua buku tersebut seolah kita ikut berada didalam peristiwa yg menegangkan dan penuh hal yg tdk terduga, keren banget sayangnya cerita tsb berhenti saat mapanji tohjaya berhasil membunuh anusapati saat sabung ayam di gedong jiwa, dlm buku ini keris empu gandring sebenarnya sdh dibawa oleh tohjaya bukan dicabut dari pinggang anusapati, lebih jelas dan lugas baca aja bukunya....

    BalasHapus
  11. Lebih bagus baca Novel Ken Arok judul Cinta dan Tahta 2013, dan Sumelang Gandring 2014 karya Zhaenal Fanani, mengulas dgn lugas dgn bahasa yg mudah dipahami, membaca kedua buku tersebut seolah kita ikut berada didalam peristiwa yg menegangkan dan penuh hal yg tdk terduga, keren banget sayangnya cerita tsb berhenti saat mapanji tohjaya berhasil membunuh anusapati saat sabung ayam di gedong jiwa, dlm buku ini keris empu gandring sebenarnya sdh dibawa oleh tohjaya bukan dicabut dari pinggang anusapati, lebih jelas dan lugas baca aja bukunya....

    BalasHapus